Sedikit catatan dari balik karpet diskusi JAFF #5

by - January 05, 2011

Dalam keikutsertaan saya di Jogja Netpac-Asian Film Festival, akan saya tulis satu saja. Pengalaman yang paling memberi kesan. Divisi Public Lecture tahun ini mengurus tiga diskusi dalam tiga hari. Hari ketiga mengangkat tema "Apa Kabar Pendidikan Seni Indonesia?" Tahun ini memang berbeda, Diskusi bersifat terbatas tapi tentu saja bersifat terbuka untuk umum. Kami mengusahakan mengundang orang yang sangat kompeten. Untuk membahas masalah pendidikan seni tentu saja orang yang terjun langsung di lapangan. Kami pun mengundang guru-guru SMA dimana undangan kami antar ke sekolah yang biasanya kami serahkan pada Satpam atau bagian Tata Usaha.

Ada lima sekolah yang kami anggap cukup mewakili masalah kelesuan pendidikan seni di Indonesia. Pukul 12.00 WIB kami menelepon setiap sekolah untuk mengingatkan untuk datang. Hasilnya nihil. Semua sekolah yang telah kami kirim undangan mengaku tidak ada atau tidak menerima undangan diskusi dari kami. Entah kemana undangan itu, saya pun heran karena sabagian undangan saya sendiri yang mengantar. Pun dengan berpesan "Tolong disampaikan kepada Bapak Kepala Sekolah, agar beliau memutuskan siapa yang berkompenten untuk datang mewakili pihak sekolah!".

Belum! Saya belum menyerah! Saya menelpon salah dua dari para sekolah tersebut. Saya harus bicara dengan Kepala Sekolah. Terimakasih buat sambutan hangat dari Bapak Adi Waluyo (Kepala Sekolah SMA Muh 1 Yogya) yang dengan cukup adil memberikan nomor telepon guru-guru kesenian. Membiarkan saya menelepon dan mengundang secara langsung. Serta membebaskan para guru tsb untuk datang atau tidak. Tetapi tidak semuanya bisa bersikap bijak. Saya kena seprot salah satu Kepala Sekolah karena sedikit memaksanya. Beliau tetap kekeh bahwa hari sedang libur sekolah ia tidak bisa menugaskan salah satu guru untuk datang diskusi.

Saya bertanya-tanya, bagaimana kiranya nasib undangan-undangan yang telah kami kirim. Pasti sangat kesepian dan sangat tidak berguna (halaaaah!). Saya jadi tidak penasaran nasib pendidikan seni di Indonesia. Dari permasalahan undangan itu saya yakin pendidikan kita pasti memprihatinkan.

Diskusi berjalan lancar walaupun sore itu hujan. Dihadiri Seno Gumira Ajidarma, Kepala Sekolah SMKI, Johan Salim, Dwi Marianto, dan guru SMA Muh 1 serta 15 peserta dan media.

You May Also Like

1 comments

saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.