• Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download
facebook twitter instagram linkedin

nanda pangesti


Menolong sejatinya adalah mulia. Tapi ketika saya melihat seseorang yang sepertinya ingin ditolong, saya terlalu banyak berpikir. Mata saya mengirim gambar ke otak dan otak mengolahnya menjadi rasa iba. Ketika sadar apa tindakan yang ingin kita lakukan untuk orang lain, moment itu sudah terlewat. Dengan cepat rasa iba itu menyesak di hati saya. Saya menderita sekali. Dan menderita…menderita sekali…

Kemarin saya #menderita ketika naik kereta listrik. Kereta sudah penuh, saya ingin menunggu kereta berikutnya saja. Banyak penumpang  yang turun membuat masih ada ruang untuk saya. Hampir yang terakhir saya naik. Bahkan sudah berjalan pelan ketika kaki saya baru satu berada di gerbong. Belakang saya seorang kakek yang berambut putih, berpeci putih, berkemeja putih yang sudah sedikit pudar namun bersih. Saya langsung mendorong masuk agar tidak tertinggal. Meskipun kereta sangat pelan sehingga saya sukses menaikinya. Tapi tidak kakek tadi. Kakinya yang telah tua, tidak bisa bergerak cepat sehingga ia tidak berhasil naik. Ia berjalan mengejar gerbong. Kami bertemu pandang lama. Dia mengejar kereta hingga menyerah sambil tetap memandang saya. Tolong, bantu saya! Kata yang ingin disampaikan. Karena saya terlalu menderita memandangnya, saya tidak menolongnya. Betapa mencelos perut saya, demikian luka hati saya.  Berapa lama lagi ia harus menunggu kereta berikutnya. Apalagi setelah system ekomuter diberlakukan. Kereta ekonomi semakin langka. Apa yang beliau rasa? Kalah atau terlalu merasa tua. Tak sanggup lagi berkompetisi dengan dunia. Saya benar-benar menderita.

Kadang tidak bisa menolong orang lain membuat kita merasa sangat menderita. Banyak hal yang serupa berhasil membuat saya demikian. Pun saya tak sanggup menulisnya…
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Terlalu pagi kami, aku dan ayahku turun dari kereta yang sampai Jakarta lebih dulu dari matahari. Dengan kereta listrik disambung angkot ke tempat tujuan. Disinilah nanti saya akan bertemu Pilar, adik sepupu saya yang ketika saya ke Jakarta dia baru saja lahir. Dua tahun lebih dua bulan mungkin usia Pilar di ketemuan kedua kami. Ia baru beli bubur ayam, pagi-pagi sekitar pukul tujuh. Memakai kemeja kotak-kotak biru seperti orang dewasa. Tapi dia terkesan pendek padahal tingginya juga sama dengan sebayanya. Mungkin badannya yang kekar, tidak langsing sehingga menimbulkan efek yang pendek. Dia menjabat dan mencium tanganku. Aduh, pintarnya! Pikirku saat itu. Dia langsung menarikku. Dengan lidahnya yang bergerak sederhana. “Ayok mbak pulang!” katanya sambil menarik tanganku.

Pilar sangat tampan ketika tersenyum. Dia juga sangat mudah untuk dicintai. Terutama ayahku yang dia panggil “Om Pakdhe”. Dia punya standart sendiri untuk memanggil orang lain. Standart dia untuk ayahku adalah “Om” tapi disuruh panggil “pakdhe” karena silsilah keluarga. Jadinya Om Pakdhe! Jika ayahku datang bakalan Pilar berusaha selalu disampingnya. Atau menyeret ayahku kemana pun dia mau.

Pilar suka nyanyi dan joget padahal belum fasih bicara. Dan seharusnya dia belum bisa bicara tapi dia sudah bisa merangkai tiga kata. Tapi sekarang dia sudah sangat cerewet ngajak ngobrol walaupun kalau kita kesulitan mengerti maksudnya dia akan marah. Nyanyi dan jogetnya sangat atraktif. Briptu Norman menirukan Sahrukh Khan dan Pilar sukses meniru Briptu Norman. Chaiya chaiya chaiya. Sambil mengoyangkan tangan yang mengepal. Dan ketika “Oooooooo!” dia akan teriak tanpa speech control, beberapa oktaf diatas nada seharusnya.

That's my little bro, Pilar! I think he is real entertainer. Don't be afraid. Be whatever you want.  Love you!

xoxo
nanda
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Hai. Namaku Nanda. Anaknya suka cerita lewat tulisan dan suka belajar tentang kehidupan. Terima kasih sudah mampir, ya!

Follow My Instagram

  • Instagram

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
  • ►  2018 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2013 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2012 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  February (3)
  • ▼  2011 (18)
    • ►  November (5)
    • ▼  October (2)
      • Tangan
      • Pilar : firts and second meeting (#1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2010 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  March (11)
    • ►  January (1)
  • ►  2009 (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (1)
    • ►  December (1)

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose