Pilar : firts and second meeting (#1)

by - October 11, 2011

Terlalu pagi kami, aku dan ayahku turun dari kereta yang sampai Jakarta lebih dulu dari matahari. Dengan kereta listrik disambung angkot ke tempat tujuan. Disinilah nanti saya akan bertemu Pilar, adik sepupu saya yang ketika saya ke Jakarta dia baru saja lahir. Dua tahun lebih dua bulan mungkin usia Pilar di ketemuan kedua kami. Ia baru beli bubur ayam, pagi-pagi sekitar pukul tujuh. Memakai kemeja kotak-kotak biru seperti orang dewasa. Tapi dia terkesan pendek padahal tingginya juga sama dengan sebayanya. Mungkin badannya yang kekar, tidak langsing sehingga menimbulkan efek yang pendek. Dia menjabat dan mencium tanganku. Aduh, pintarnya! Pikirku saat itu. Dia langsung menarikku. Dengan lidahnya yang bergerak sederhana. “Ayok mbak pulang!” katanya sambil menarik tanganku.

Pilar sangat tampan ketika tersenyum. Dia juga sangat mudah untuk dicintai. Terutama ayahku yang dia panggil “Om Pakdhe”. Dia punya standart sendiri untuk memanggil orang lain. Standart dia untuk ayahku adalah “Om” tapi disuruh panggil “pakdhe” karena silsilah keluarga. Jadinya Om Pakdhe! Jika ayahku datang bakalan Pilar berusaha selalu disampingnya. Atau menyeret ayahku kemana pun dia mau.

Pilar suka nyanyi dan joget padahal belum fasih bicara. Dan seharusnya dia belum bisa bicara tapi dia sudah bisa merangkai tiga kata. Tapi sekarang dia sudah sangat cerewet ngajak ngobrol walaupun kalau kita kesulitan mengerti maksudnya dia akan marah. Nyanyi dan jogetnya sangat atraktif. Briptu Norman menirukan Sahrukh Khan dan Pilar sukses meniru Briptu Norman. Chaiya chaiya chaiya. Sambil mengoyangkan tangan yang mengepal. Dan ketika “Oooooooo!” dia akan teriak tanpa speech control, beberapa oktaf diatas nada seharusnya.

That's my little bro, Pilar! I think he is real entertainer. Don't be afraid. Be whatever you want.  Love you!

xoxo
nanda

You May Also Like

0 comments

saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.