• Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download
facebook twitter instagram linkedin

nanda pangesti

Jangan bandingkan drama “Investigation Couple” dengan drama-drama investigasi lain yang sempat booming seperti “Voice”, “Signal” atau “Tunnel”. Drama ini memiliki keseruan yang berbeda.

“Voice” membutuhkan karakter seperti Kang Kwon Jo (diperankan Lee Ha Na) yang memiliki kemampuan mendengar suara-suara yang tak didengar telinga biasa. Sedangkan “Signal” memberikan bumbu fantasi berupa walkie-talkie yang bisa menghubungkan detektif Park Hae Young (diperankan Lee Je Hoon) di masa depan dengan detektif Lee Jae Han (diperankan Cho Jin Woong) di masa lampau. Begitu pula dengan “Tunnel” yang menggunakan bumbu fantasi berupa terowongan yang mengantarkan detektif Park Kwang Ho.


Maka dibandingkan dengan drama-drama tsb, “Investagation Couple” terasa polos. Tapi justru ini menariknya. Drama ini menceritakan tentang seorang jaksa baru (roockie) bernama Eun Sol (Jung Yoo Mi) dan seorang dokter forensik Baek Beom (Jung Jae Young). Eun Sol berasal dari keluarga kaya yang tak bangga dengan pilihan hidup Eun Sol. Ia bertekad menjadi jaksa yang baik menangkap penjahat demi korban. Sementara Baek Beom telah 10 tahun menjadi dokter forensik setelah kecelakaan yang dialaminya.


Eun Sol adalah manusia biasa, tak memiliki kemampuan spesial apapun. Tapi ia selalu berusaha keras mengungkap teka-teki kasus yang ditanganinya. Sementara Baek Beom yang memiliki perangai buruk menjadi sosok yang sulit dipahami orang-orang di sekitarnya. Jangankan para jaksa, rekan kerjanya saja membencinya. Namun Eun Sol langsung mempercayai Baek Beom walaupun ia sering dibuat kesal. Eun Sol fokus menemukan penjahat sedangkan Baek Beom tak mau berbicara selain fakta yang ditemukan dari hasil autopsi.

Tiap episode dalam drama ini terasa seru. Kita dibuat menebak-nebak siapa penjahatnya. Tapi tebakan tsb sering kali salah. Eun Sol juga berkali-kali hampir terjebak. Baek Beom terkadang membantunya, terkadang juga memberikan petunjuk secara tersirat.


Jangan bayangkan duo jaksa dan dokter forensik ini romantis ala drama korea romantis pada umumnya. Judul lain drama ini “Partner for Justice” yang rasanya memang lebih pas untuk mewakili cerita. Partner bukan Couple. Rekan bukan Pasangan.

Sebenarnya ada yang sedikit mengganggu dalam drama ini. Yakni ketika Eun Sol berkali-kali meminta Baek Beom bersimpati dengan korban. Padahal jelas-jelas Baek Beom adalah orang yang logis dan hanya mau berbicara dengan fakta. Terus Baek Beom juga tipikal orang yang kurang ramah. Padahal kalau mau komunikasi, ia dan Eun Sol adalah partner yang cocok.







Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama Korea dan serial televisi buatan Amerika memiliki penikmat masing-masing. Menurut Saya, ada banyak yang menyukai drama Korea tapi tak akan melirik serial Amerika. Begitu pun sebaliknya. Sebenarnya, dulu ketika pertama kali mengetahui jika Korea akan mengadaptasi beberapa judul serial Amerika, Saya menaruh harapan yang tinggi. Sayangnya harapan itu berakhir dengan kecewa. Semua judul drama adaptasi tidak ada yang berkesan. Saya lalu menyimpulkan bahwa drama Korea yang mengadaptasi serial  Amerika bukan tipe yang akan saya sukai. Meskipun saya juga menikmati beberapa serial Amerika. 

Jang Dong Gun dan Park Hyung Sik di drama Suits.
Tapi pengecualian untuk Park Hyung Sik. Sungguh sayang melewatkan dia begitu saja hanya karena saya tidak menyukai drama Korea adaptasi serial Amerika sebelumnya. Park Hyung Sik memerankan karakter Go Yeon-Woo, pemuda yatim-piatu yang dibesarkan oleh neneknya. Yoen-Woo terlahir jenius hingga ia bisa menjadi seorang trainee di kantor pengacara ternama setelah direkrut secara kebetulan oleh Choi Kang Seok. 


Sebagai anak muda yang hanya sekolah hukum dengan nama orang lain (dan dibayar), ia hanya tahu bagaimana menegakan keadilan dengan ilmunya. Tapi realitanya berbeda. Ia dihadapkan dengan trik dan tipu daya baik rekannya sesama pengacara atau justru kliennya sendiri. Beberapa kali ia terancam kehilangan pekerjaan. Satu-satunya orang yang bisa ia percaya adalah Choi Kang Seok, mentornya. Namun Choi Kang Seok bukan tipe orang yang peduli dan mengoyomi Yoen Woo. Sering kali, ia harus menghadapi persoalan sendiri.

Menariknya adalah perdebatan antara Choi Kang Seok dengan Go Yoen Woo tentang keadilan. Yoen Woo memiliki pemahaman yang sama dengan kita tentang keadilan. Bahwa orang yang bersalah harus dihukum dan yang tidak harus dibebaskan. Tapi Choi Kang Seok lebih kompleks memahami arti tsb karena jam terbangnya sebagai mantan Jaksa dan pengacara. Disisi lain, ia juga terkadang melupakan arti dari keadilan itu sendiri.
Keadilan adalah memberi kembali semua orang apa yang pantas ia dapatkan. -Simonides, Filsuf Yunani.
Menonton episode satu dan dua, saya melihat ada potensi drama ini akan seru. Sementara di episode ketiga hingga enam, Saya justru kehilangan keseruan dari cerita. Penulis seolah terburu-buru menceritakan kasus per kasus. Mungkin karena pengaruh  serial Amerika yang memiliki alur cepat. Sutradara pun tak mampu memberikan ruh dalam beberapa adegan. Beberapa dialog kurang memiliki makna atau arti baik sisi cerita maupun karakter. 

Park Hyung Sik pun kehilangan pesona. Karena memang di drama serius sementara dia memerankan karakter orang miskin sehingga mungkin dianggap tidak tepat jika terlalu mengeksploitasi ketampanannya. Namun terlepas dari fisik, Park Hyung Sik juga tidak bisa membuat saya percaya jika seorang jenius. Beberapa adegan memperlihatkan jika ia dibodohi atau sekedar kebingungan. Tapi sepertinya memang bukan kesalahan Park Hyung Sik. Melainkan naskah yang menuntut dia demikian.

Keseruan yang Saya tunggu-tunggu baru terasa di episode ketujuh. Bukan hal yang baik bagi sebuah drama jika baru menarik perhatian penonton harus menghabiskan enam episode sia-sia. Takutnya keburu kabur. Mungkin ini drama adaptasi pertama yang akan Saya lahap habis.

Go Sung Hee dan Park Hyung Sik.

Kabar gembiranya drama ini tetap memberikan sentuhan romantis melalui Park Hyung Sik dan Go Sung Hee. Meskipun romantisme yang sangat tipis jika dibandingkan drama korea yang biasa mengumbar adegan-adegan sejoli.

Berikut beberapa judul drama adaptasi yang gagal membuat saya terus menonton sampai akhir. 

Criminal Minds. Cuma nonton dua episode.

Mistress. Bertahan satu episode saja.

Entourage. Mencoba bertahan lebih dari tiga episode.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Nama besar Lee Kwang So sebagai Prince of Asia tidak bisa membuat saya langsung melirik drama yang dibintanginya. Bahkan sebelumnya dia juga menjadi pemeran utama di drama "The Sound of Your Heart" juga terlewat dari pantauan. (Mungkin udah ada yang liat drama "The Sound of Your Heart? Bagus ga?). Untuk program reality show, Kwang So memang masternya. Tapi untuk drama atau film, nama dia belum bisa menjadi jaminan. Apalagi sedang banyak drama yang bagus tayang musim ini.  


Setelah sempat ragu, akhirnya tergerak juga untuk menonton. Di luar ekpektasi, ternyata cerita drama ini sangat bagus dan realistis. Ratingnya pun cukup lumayan mengingat drama ini tayang di tvN, tv kabel Korea. Kepolisian di hampir seluruh negara selalu dipandang sebelah mata. Tapi Kwang So dan kawan-kawan membuka mata dengan memperlihatkan kehidupan mereka yang serba sulit. Caranya menurutku agak berbeda dengan drama yang mengangkat cerita serupa. 

Drama "Live" berhasil menggambarkan kehidupan yang sangat nyata para anggota kepolisian. Mereka juga manusia seperti kita. Bukan drama yang heroik seorang polisi yang memiliki tujuh nyawa yang gigih mengejar penjahat. Justru inilah yang membuat Saya akhirnya menghabiskan drama ini sampai selesai. 



Polisi di drama ini mengkhususkan pada kehidupan polisi patroli Korea. Mereka adalah orang-orang yang bersenjata tapi tak bisa menggunakan senjatanya karena terikat peraturan penggunaan senjata. Harus ada alasan kuat kenapa senjata tersebut harus digunakan. Jika dianggap menggunakan senjata tidak semestinya maka mereka akan diselidiki atau bisa terancam dipecat. Padahal yang mereka hadapi setiap hari adalah penjahat yang bisa saja menembak mereka terlebih dahulu. Dan jika mereka mati karena terlalu berhati-hati atau ragu menggunakan senjata, maka tak perlu lagi diselidiki.



Ada satu scene yang membuat kasian kepada para polisi ini. Suatu ketika seorang pria yang mengidap paranoid menembak polisi patroli dengan senjata rakitan. Di depan para polisi lainnya. Tentu saja polisi langsung mengeluarkan senjata dan menembak pria bersenjata meskipun rakitan tersebut. Ujungnya para polisi tersebut harus diselidiki untuk menentukan apakah perlu menggunakan senjata api. 

Lee Kwang So dan Jung Yu Mi harus memerankan polisi baru yang tak menyangka bahwa kehidupan polisi begitu berat. Ibu Han Jung Oh (karakter yang diperankan Jung Yu Mi) bahkan tak menyetujui anaknya menjadi polisi karena tak ingin anaknya dalam bahaya. Apalagi gaji polisi menurutnya tak sebanding dengan nyawa anaknya yang selalu di ujung tanduk. 


Jangan berharap Kwang So akan memerankan karakter polisi yang gagah berani, charming dan digilai wanita. Jung Oh saja menolak cintanya dan lebih memilih menerima cinta seniornya Choi Myung Ho yang tampan. Karakter Yeom Sang So yang dibawakannya adalah pria biasa yang banyak melakukan kesalahan karena terlalu bersemangat. Tapi terlepas dari kesalahan-kesalahan bodohnya sebagai anggota polisi baru, ia adalah polisi yang memiliki dedikasi tinggi untuk melindungi masyarakat dan melawan penjahat.

Sayang, episode satu sangat membosankan. Pasti banyak yang enggan meneruskan episode berikutnya karena sudah terlanjur menilai drama ini tak menarik. Saran saya, coba bertahan. Karena episode dua mulai dapat dinikmati tanpa rasa bosan. 

Terima kasih sudah membaca ^_^
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Terkadang ketika hidup terasa sulit,
yang kita butuhkan hanya pulang. 
Tapi tentu untuk pulang kita harus memiliki rumah. Tak selalu bangunan yang memiliki atap bisa disebut rumah. Seseorang juga bisa menjadi rumah tanpa kita sadari. Hal ini yang terlintas usai menonton kehidupan Hye Won di film Little Forest. Ia tak menyadari bahwa rumah yang sebenarnya adalah ibunya, wanita yang ia benci sekaligus cintai.


Hye Won mengalami mengalami kehidupan yang sulit ketika tinggal di kota besar seperti Seoul. Kerja sekeras apapun, belajar serajin apapun, hasilnya tetap saja nihil. Makanan di Seoul tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan makanan di kampungnya. Lapar. Itulah alasan awal Hye won pulang ke kampungnya.


Dari tampilan visualnya, rumah Hye Won terletak di kaki bukit atau gunung. Seperti rumah-rumah di kaki Gunung Merapi atau Batu Malang sebelum dikomesilkan. Benar-benar sebuah desa yang harus menempuh jarak 1 jam bersepeda untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kecuali makanan yang tinggal petik di kebun atau di hutan kecil dekat rumahnya.

Hye Won tidak berniat untuk menetap di rumah itu. Ia mengira kehidupan di kampung tak cocok untuknya. Setelah perutnya kenyang, ia akan kembali ke Seoul. Apalagi rumah itu selalu mengingatkan tentang ibunya. Lima tahun lalu, Ia meninggalkan Hye Won yang baru akan lulus SMA. Tanpa pamit. Hanya surat yang saat itu tak ia mengerti maksudnya. Karena terluka, Hye Won membenci ibunya.

Jae Ha, teman masa kecil Hye Won (yang diperankan oleh Ryu Jun Yeol) membantu Hye Won menemukan jawaban atas pelariannya. Setidaknya, pria yang juga akhirnya memilih tinggal di desanya daripada Seoul ini, memberikan Hye Won prespektif baru. Jae Ha memutuskan kembali dan bertani karena sudah muak dengan kehidupan kota. Ia rela berpisah dengan pacarnya karena pilihannya tersebut. Karenanya, Hye Won akhirnya berani putus dengan pacarnya yang ada di Seoul.


Ini kedua kalinya menonton film Ryu Jun Yeol. Dan dari dua film tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ia pintar memilih peran. Meski bukan pemeran utama tapi ia selalu mendapatkan peran yang membekas di hati. Apa karena saya seorang penggemar yang setia? Seperti sosok Jae Ha ini. Dia pria yang sangat prinsipil, berani tapi juga lembut. Baik Jae Ha maupun Kim Jung Hwan (karakter Ryu Jun Yeol di drama Reply 1988) mengingatkan pada masa kecil.

Hye Won tetap berniat meninggalkan desanya. Hanya saja ia terus mengulur waktu kepergiannya. Dari sosok Hye won dan juga cara masyarakat desa hidup kita dapat belajar. Bahwa mungkin hanya 10 persen dari seluruh kebutuhan sehari-hari yang perlu untuk dibeli. Karena sisanya sudah tersedia di alam. Seperti makanan. Hye Won mencoba memasak masakan yang pernah dibuat ibunya. Tanpa ia sadari jika dirinya sangat menikmati kehidupannya saat ini.

Film ini sebenarnya memamerkan banyak makanan daerah. Catat ya makanan daerah dan bukan lagi makanan tradisional. Sebagai penggemar drama, film dan kebudayaan korea, banyak makanan yang belum pernah ada di drama maupun film. Mungkin makanan yang hanya dimakan oleh masyarakat pedesaan. Salah satunya adalah bunga dibawah ini yang oleh Hye Won digoreng dengan tepung lalu dimakan.


Setiap orang memiliki luka masing-masing. Tapi Hye Won akhirnya terobati setelah ia kembali ke desanya. Padahal Ia berniat melupakan tempat itu. Ramuan waktu, alam dan makanan adalah kunci. Belajar dari Hye Won, mungkinkah kita juga harus pulang agar mampu menyembuhkan luka kita masing-masing? 

Bagi kalian yang mencari referensi film korea, mungkin akan tertarik dengan film ini. Terima kasih sudah membaca.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Hai. Namaku Nanda. Anaknya suka cerita lewat tulisan dan suka belajar tentang kehidupan. Terima kasih sudah mampir, ya!

Follow My Instagram

  • Instagram

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
  • ▼  2018 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  June (1)
    • ▼  May (4)
      • Ini Serunya Kalau Jadi Jaksa - Review Drama Invest...
      • Drama Park Hyung Sik yang Sedikit Romantis - Revie...
      • Drama Terbaik Lee Kwang So - Review Drama Live
      • Cara Menyembuhkan Luka - Review Film Korea Little ...
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2013 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2012 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2011 (18)
    • ►  November (5)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2010 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  March (11)
    • ►  January (1)
  • ►  2009 (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (1)
    • ►  December (1)

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose