• Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download
facebook twitter instagram linkedin

nanda pangesti


Adalah apa yang aku dapat selama kerja praktek di nine fx. Production house yang lebih banyak menerima proyek-proyek iklan selain film dan program acara. Awalnya nervous abis! Takut ga bisa apa-apa di lapangan kerja sesungguhnya. Selama 3,5 tahun jadi anak yang jaga kandang (baca kampus), nggak ngerti dunia luar. Sekaranglah saatnya untuk survive di luar. Toh, kalau sampai sini nggak bisa apa-apa sebenarnya wajar. Karena MMTC tidak memberikan cukup bekal tentang periklanan. Program TV live studio kami jagonya tapi iklan (I don’t think so!)
Mungkin ada yang langsung merespon “Makanya jangan ngandelin kampus aja! Belajar keluar dong.” Woukyeh , menurutku inilah saatnya belajar diluar. Atau “Kenapa milihnya PH iklan?! Bukannya di TV aja.” Ah, aku sedang merasa bosan dengan program TV apalagi live studio. PH iklan lebih menantang saat ini. Resikonya harus belajar lagi (mungkin MMTC nggak sadar betul kalau iklan termasuk produk broadcast). Entah mengapa iklan di anak tirikan. Tapi aku juga bukan katak dlm tempurung yang radonk blas masalah iklan. Dulu sempat kepikiran ikut ajang bergengsi orang iklan “pinasthika” tapi gagal karena kesibukan kuliah (bukan sembarang alasan). Dari sebelumnya udah baca-baca buku iklan. Dan waktu simulasi, nggak ada yang mau ngerjain iklan. Akhirnya 3 diva (sebutan pradit,tuti,nanda di kampus. Hahahaha )juga yang ngerjain. Paling nggak dah pernah buat iklan yang gagal (belum puas akan hasil akhir).
Kalau boleh Nine Fx aku sebut kampus kedua bagiku (kalau boleh!). Tapi memang seharusnya begitu. Apa tujuan dari ditetapkannya wajib kerja praktek oleh kampus-kampus di (mungkin) seluruh Indonesia. Adalah untuk mencari ilmu, menerapkan dan mengaplikasikan apa yang telah kita pelajari. (baca aja di proposal KPku di bab tujuan dan manfaat kerja praktek hehehe ada kok!). Waktu nulis di proposal, sumpah! Aku cuma ngarang. Tetapi yang terjadi lebih indah daripada apa yang aku karang. Wondering!
Disini sama seperti di kampus (bukan keruetan birokrasi lho ya). Disini sama-sama mengkonsep sesuatu. Bedanya subyeknya iklan bukan program, obyeknya nggak cuma penonton tapi juga klien. Fungsi dosen diambil alih oleh Creative Director. Beliau yang mengarahkan konsep kita atau meng-brief sebelumnya tentang apa yang dimau oleh klien.
Sadar bahwa masih banyak yang perlu aku pelajari. Tapi baru sadar bahwa yang harus segera aku pelajari adalah menggambar. Tak cukup asal sebut tipe shot, agar lebih komunikatif harus buat storyboard. Dan bukan DoP yang berkewajiban buat storyboard tetapi kreatifnya. Karena belum ada DoP saat present konsep kita ke klien (berlaku jg buat program TV). Bagaimana bisa klien bisa membayangkan bentuk visual dari konsep kita kalau tidak ada gambar (storyboard). Di Nine Fx, ada lima orang yang menguasai betul tentang gambar. Dua diantara editor dan yang lainnya boleh di bilang creative directornya. Jadi aku salah kalau dari dulu nganggap belajar gambar itu nggak penting untuk seorang kreatif. Minimal berbentuk sketsa.
Pada proses produksi, aku masih sebatas melihat (membantu juga tidak banyak). Bukan berarti tidak bisa belajar. Harusnya mengamati dari dekat memberi pelajaran yang nyata. Hal yang baru , bahwa DoP itu di here bersama timnya meliputi asst.kamera, gaffer, lighting. Ibaratnya kru teknis di bawah asuhan DoP.
Merasa goblok, cetek dan hopeless plus stress, aku cari siraman rohani berupa browsing blog-blog orang iklan yang ternyata oke (pengen beli buku tapi dana nakal telah habis. Dan nggak mungkin pakai duit makan. hahaha). Kalau disimpulkan kira-kira begini. Untuk menjadi seorang kreatif kamu harus membuat 10 sampai 15 konsep per hari, dalam setahun pasti ada 1 atau 2 konsep yang bagus. Argh! Tapi memang ada benarnya. Hahaha aku merasa beruntung bisa belajar iklan sekaligus praktek langsung plus bonus faktor klien yang harus dipenuhi keinginannya.
Buat temen-temen yang belum KP, aku harap jangan menyepelekan KP dengan hanya menganggap untuk melaksanakan kewajiban dari kampus. Banyak banget yang bisa diambil dari sini. Saatnya ngeliat dunia dengan kasat mata, tidak lagi di kelas dan belajar pakai skala.Entah apapun pilihanmu kelak. TV nasional atau lokal, Film nasional atau indie, atau bahkan iklan. Terserah. Paling nggak bisa tau seperti apa dan kenapa kamu pilih dan nggak pingin kamu pilih. Jangan asal KP cuma ngejalanin kewajiban. Kalau kamu pilih indie minimal tahu kenapa film nasional seperti apa sehingga nggak jadi pilihanmu. Atau ada apa dengan TV local kok lebih milih TV Nasional. Sempat menyayangkan temen-temen yang asal KP tapi balik lagi ke orangnya. Siapa gw geto loh! Hahaha. Plis buat KPmu berarti buat kamu sendiri bukan cuma sekedar nilai yang kamu bawa pulang untuk bungkus kacang.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
* tulisan ini aku buat waktu kelas 2 SMA

Haruskah ada materi yang memisahkan si kaya dan si miskin
Yang benar-benar nyata , membuat jeda
jurang pemisah dan tembok penghalang
Ketidak berdayaanku melihat semua itu,
menangisku dalam hati

Seorang perempuan setengah baya membuyarkan lamunanku
dengan suara lantang bercerita hal-hal yang membuatnya kesal
pada penjual nasi di pinggir jalan
seberang sekolahku
aku disana, terpaksa dengar semua cerita itu
Orang tua renta, dua meter di hadapanku
berjalan dengan tertatih
satu meter lima langkah dengan berhenti menarik nafas tiap satu langkah
Diwajahnya ada peluh mengalir
darimanakah dia berjalan?
Ia mendekati wanita setengah baya
diberinya dua kantong plastik hitam
Melihat isinya wanita setengah baya
marah, mengumpat, memaki dan mencaci
dibanting kantong yang berisi daging
Makiannya lebih nyaring dari ceritanya tadi
Si tua renta dituduh menggelapkan uang,
dia hanya diam saja.
Dia melihat catatannya,
terdiam walaupun cacian bertubi-tubi menghujaninya
dia bingung tak mengerti
di wajahnya hanya ada kepasrahan
nasibnya sungguh malang
Aku bisa tahu dia sudah pikun

Ingin aku tolong si Tua renta,
dengan apa?
Aku pandang wanita setengah baya dengan kemarahan
Andai aku berani , ku lempar sepatuku kedua-duanya
Membalas semua makian untuk si Tua renta
Kulihat si Tua renta berbalik,
membawa dua kantong plastiknya dan kertas catatan
Melangkah kembali ke pasar
atas seruan si setengah baya

jogja 21 Okt 2003

Salam Penuh Cinta,

Nanda
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

Berjalan menyusuri mal-mal yang menjulang menyentuh langit kota Jogja. Pola hidup hedonis, budaya konsumtif. Katanya ini yang membuat Indonesia jalan di tepat. Tidak maju, malah mundur. Tapi toh Jogja ingin seperti Jakarta, membangun banyak mal disana-sini. Apa salahnya berkunjung sesekali jika stres karena teori-teori konvensional yang terus saja dijejalkan pada mahasiswa untuk kemudian telan saja. Akan keluar pada lubang yang lain, tak sempat dicerna. Akan tercipta manusia yang penuh dengan teori.

Bersama seorang teman melewati box besar berisi kaset pita yang tidak bersahabat dengan teknologi. Manusia sudah berpaling ke CD bukan lagi kaset. Jadilah setumpuk menggunung kaset-kaset dengan tanda diskon 50%. Album lamanya Glen, Krisdayanti, dan Tangga ada disana. Kasihan, kata temanku matanya tidak lepas dari kaset malang itu. Sudah capek-capek eh.. tidak dihargai. Aku pun mencoba menganalisis dengan ilmu marketing yang cetek. Dijual setengah harga bukan tentu perusahaan rekaman tersebut merugikan? Atau paling enggak menutupi biaya ke produksi. Kalau pun merugi, pasti akan tertutupi dengan penjualan karya dalam bentuk lain. Sekarang jamannya compact disc , dan RBT. Mungkin mereka tidak membeli dalam bentuk kaset lagi tapi CD atau memasang RBT di phone cell mereka. Jadi tidak setuju kalau masalah ini dianggap suatu bentuk tidak menghargai karya seni. Dan apakah karya seni di hargai dengan uang? Harus dengan uang?!!!!

Mata kuliah yang membosankan. Lagi-lagi teori lama yang sebenarnya pernah disampaikan. Beberapakali malah. Iseng melirik teman di sebelahku, biasanya dia tidur waktu dosen ini yang ngajar. Kali ini dia membaca. Aku teringat beberapa hari lalu aku melihat ada bazaar buku murah. Aku bilang padanya kalau aku tertarik pada satu buku tapi tidak kubeli. Buku biografi. Harganya lima belas ribu. Dia tertawa ngekek. Itu mah biodata, katanya. Aku berkilah, buku tersebut adalah biografi bukan sembarangan orang. Biografi seseorang yang hebat di bidangnya. Sekelas Pramudya Ananta Toer di bidang pernovelan , dan W.S. Rendra di dunia persyairan tanah air. Tentunya tidak disusun secara sembarangan.

Kami pun berdiskusi kecil di kelas dimana dosen sedang mengoceh. Aku bertanya, Memang seseorang berkarya untuk mencari materi? Hingga kita harus menghargainya dengan uang. Kalau temanku itu menjawab iya, lunglai sudah tubuhku. Beruntunglah temanku menjawab tidak. Ada kemungkinan kan? Seseorang berkarya karena cuma ingin di dengar dan hanya ingin menulis apa yang dirasakannya? Seorang musisi ingin menunjukkan bahwa ia bisa bermusik, memperdengarkan petikan gitarnya, suara syahdunya, syair sendunya, atau rasa cintanya pada seseorang. Seorang penulis ingin menyampaikan kegelisahannya lewat tinta dan kertas. Atau dia ingin bilang bahwa ada sesuatu yang salah dalam hidup kita. Haruskah kita melemparkan uang ke mukanya sebagai tanda kita menghargainya? Padahal bukan berarti mereka mencari uang. Mereka menyampaikan sesuatu lewat karya seni, mereka membuat masterpiece, dan kita membahas uang! Tidak semua yang ada di dunia ini dapat diukur. Apalagi dengan uang.

Mungkin yang salah dosen yang di depan itu, tak mengajarkan kami cara berfikir tetapi teori dan teori. Hingga kami lupa berfikir. Kalau saya boleh berpendapat bahwa karya seni harusnya gratis. Bisa buat siapa saja. Kalau melulu soal uang maka yang tambah pintar adalah orang kaya, yang akan terhibur juga orang-orang berduit. Lama-lama yang boleh pintar hanya orang kaya. Dan yang boleh senang harus punya duit. Mari menghargai karya seni dengan apa saja selain uang. Apresiasi mungkin? Yang penting jangan melulu soal duit. Seperti dosen yang mengajar hanya karena duit terlihat hasilnya.

Salam penuh cinta

Nanda

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Hai. Namaku Nanda. Anaknya suka cerita lewat tulisan dan suka belajar tentang kehidupan. Terima kasih sudah mampir, ya!

Follow My Instagram

  • Instagram

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
  • ►  2018 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ►  March (7)
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2013 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2012 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2011 (18)
    • ►  November (5)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2010 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  March (11)
    • ►  January (1)
  • ▼  2009 (3)
    • ▼  April (2)
      • sekedar pemikiran
      • * tulisan ini aku buat waktu kelas 2 SMAHaruskah a...
    • ►  January (1)
      • seni, masterpiece dan uang.
  • ►  2008 (1)
    • ►  December (1)

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose