Tentang Rumpang

by - December 01, 2018

Banyak lagu yang mengingatkan kita pada seseorang. Atau pada suatu kejadian. Bisa juga membawa kembali rasa. Tapi sejujurnya lagu tidak pernah benar-benar menggambarkan perasaan. Mereka hanya mewakili. Setidaknya menurut saya demikian.

Tapi lagu ini rupanya lain. Dia mampu menguliti perasaan dan bahkan menelaah satu per satu rasa yang tidak pernah benar-benar saya urai sebelumnya. Semakin didengarkan, semakin suka sekaligus semakin sakit. Judulnya "Rumpang". Single pertama dari seorang penyanyi muda. Nadin Amizah. Mungkin kalian sudah tahu. Tapi jika belum dan penasaran, klik link Youtube-nya di bawah ini.

Rumpang by Nadin Amizah

Pertama kali mendengar liriknya, wajah almarhum Bapak langsung terbayang. Dan lagu itu adalah rasa saya. Bukan kata yang keluar dari pita suara Nadin yang indah. Rumpang memang tentang rasa kehilangan. Dalam video klipnya menceritakan seorang anak perempuan kehilangan ibunya. Ia terlalu kecil untuk paham apa itu kepergian yang tiba-tiba. Dia dipaksa untuk menghadapi rasa yang mungkin sangat sulit dipahami. Sebenarnya kecil atau dewasa, akan sama saja. Sama beratnya kalau itu soal merelakan seseorang karena kematian. Termasuk saya.

Penggalan awal lirik Rumpang berkata seperti ini,

"Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu.

Sempat ku berpikir masih bermimpi
24/7 tanpa henti
Matahari dan bulan saksinya
Ada rasa yang tak mau hilang"

Bapak saya meninggal secara tiba-tiba di tahun 2017 lalu. Saat ini, sudah setahun lebih kepergian beliau. Namun masih seperti kata-kata tadi lah rasanya. Ingin peristiwa ini adalah "mimpi".  Ingin bisa bangun dan mendapati semua baik-baik saja. Bahwa almarhum masih hidup dan bisa ditemui kapan saja. Bisa bicara dan bisa dipeluk. Bisa ditelepon dan diajak bercanda. Orang akan bilang tak baik terus-terusan larut dalam kesedihan. Padahal rasa ini tak bisa kamu kendalikan. "Ada rasa yang tak mau hilang".

Lirik selanjutnya begini,

"Aku takut sepi tapi yang lain tak berarti"

Lalu,

"Katanya mimpiku 'kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata maaf, sayang aku harus pergi"

Sebenarnya banyak orang yang akan menemani. Mencoba menghibur, berusaha memahami dan mengeti. Entah karena sayang, entah karena mereka juga pernah mengalami sendiri. Kehilangan seseorang yang benar-benar kehilangan. Mereka seakan bisa membantu melewati semua dan baik-baik saja. Padahal, mereka hanya angin lalu. Mereke mungkin benar, tapi hatimu kosong sehingga terdengar seperti omong kosong. Sekeras apapun semua itu "tak berarti".

Terkadang mereka membuat kita harus berpura-pura baik-baik saja. Agar mereka tak khawatir dan menjadi beban untuk mereka. Karena mereka sudah berusaha keras. Mungkin akan ada satu titik dimana kita akan lewati dengan sendirinya. Tanpa

Apapun kata orang untuk menghiburmu saat kehilangan, terasa bagai angin lalu. Kamu tahu kata-kata itu benar tapi tetap seperti omong kosong. Karena yang pergi tak kembali. Yang kamu inginkan tidak akan terjadi. Kita sendiri tak punya petunjuk "kapan kesedihan ini akan berakhir? Lalu apa benar hanya waktu yang akan menyembuhkan? Bagaimana kalau tidak.

Dari semua baris lirik Rumpang, inilah paling menusuk hingga ke ulu hati.

"Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu tak kembali"

Tak akan ada orang yang ahli dalam hal ini. Meskipun sangat benar-benar menginginkan. Rasa tak bisa melepas kepergian seseorang adalah seperti berjalan dengan beban yang berat. Tidak bahagia dan menyiksa. Maka menjadi "ahli menyambut seseorang pergi" adalah harapan untuk bisa melanjutkan hidup bagi orang seperti saya.

Bukan bermaksud menggurui kalian dengan menguraikan rasa di lagu milik Nadin. Mungkin kalian punya rasa yang berbeda. Atau hanya sedikit mirip. Karena memang tidak harus sama. Sakit ini boleh berbeda-beda.

Ketika memutuskan untuk menulisnya di blog, saya tidak mengharapkan apa-apa. Hanya saja, menumpahkan apa yang kita rasa lewat tulisan itu menyenangkan. Mendengar lagu "Rumpang" juga menyenangkan. Membuat sedih dan mungkin memaksa air mata keluar. Entah mengapa itu juga menyenangkan. Mungkin disinilah peran seni (musik) itu sendiri. Saat ini, tidak ada yang bisa mengetahui rasa kehilangan saya atas kematian Bapak, selain Rumpang.

P.S Saya sempat mencari arti Rumpang. Karena bingung kenapa diberi judul dengan kata itu. Walaupun terdengar sangat cocok. Dari pencarian digital menyimpulkan kalau Rumpang sebenarnya memiliki arti ompong (untuk gigi). Tidak utuh atau bersela-sela.



You May Also Like

0 comments

saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.