• Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download
facebook twitter instagram linkedin

nanda pangesti

Sebelum menjawab mana yang lebih seru, Queen of Mystery Season 1 atau Queen of Mystery Season 2? Boleh lah kita flashback dikit cerita misteri ala detektif ini. 

Queen of Mystery Season 1

Di season pertama, Yoo Seol Ok yang diperankan oleh Choi Kang He (Yup, one of my favorite actress) menjadi istri seorang Jaksa. Ia harus mengubur cita-citanya sebagai polisi wanita dan fokus menjadi menantu dan istri. Yoo Seol Ok merasa terkekang dengan tugas-tugas rumah tangga dan ibu mertua yang terlalu mengaturnya. Sebenarnya dari situasi dan kondisi Yoo Seol Ok di season pertama sama sekali ga keren. Wanita yang sebenarnya tidak berdaya. Dari penampilannya pun aneh menurut saya. Walaupun akan banyak yang menilai gaya pakaian dia unik.

Yang membuat karakter ini keren adalah cara dia memecahkan sebuah misteri kasus kriminal. Rasa penasarannya tinggi dan pantang menyerah. Detektif yang memiliki julukan anjing gila, Ha Wan Seung diperankan (Kwon Sang Wo) diam-diam mengakui kemampuannya. Sayang, gengsinya sebagai detektif dan juga laki-laki membuat dia sering menghalangi Seol Ok saat akan memecahkan kasus. Tapi dari kasus ke kasus tiap episodenya asli bikin penasaran dan ga sabar menunggu episode selanjutnya (jikalau nonton pas masih airing). Kisah percintaan sahabat Seol Ok, Kyung Mi dengan Bae Kwang Tae bikin gemas di season pertama. Perolehan rating juga cukup sukses di angka 10%.

 Queen of Mystery Season 2.

Sementara itu, kondisi di season kedua jauh berbeda. Seol Ok memutuskan berpisah dengan suaminya yang tak menepati janji membuka kasus orang tua Seol Ok. Lalu apakah kisah cinta antara Seol Ok dan Wan Seung bersambut di season kedua? Jangan terlalu berharap ya. Cerita asmara mereka semulus jalan tol di Jakarta yang sedang macet nggak bisa gerak. Hiks. Sayang sekali. 

Choi Kang He dan Kwon Sang Wo.

Seol Ok jauh lebih keren dari penampilan dan karakternya. Ia seolah lepas mengekpresikan diri sendiri setelah terbebas dari pernikahan. Tapi Wa Seung tetap sama saja soal genggi. Dia konsisten. Bukan berarti hubungan mereka nggak manis ya. Seperti season pertama, Seol Ok dan Wa Seung selalu bersama kemana-mana. Memecahkan kasus demi kasus yang kebanyakan terjadi di sekitar Seol Ok. Mereka tidak pacaran tapi terlalu sweet kalau disebut sebatas teman. Gemash deh pokoknya. 

Untuk yang suka cerita detektif mungkin drama ini bisa jadi tontonan menghibur. Tapi jangan disamakan dengan Voice atau Signal yang sedikit (atau banyak) lebih serius. Kesimpulannya, Queen of Mystery season 2 lebih seru menurut saya. Karena Seol Ok tidak melulu berurusan dengan ibu mertua. Tapi fokus pada kasus dan cara pemecahannya. Tapi entah kenapa rating yang didapatkan tidak sesuai ekspektasi. Hingga saat ini Queen of Mystery season 2 hanya mendapatkan rating sekitar 6% saja. 

Buat yang udah nonton, menurut kalian lebih seru mana? 


Terima kasih sudah membaca. Sarange ~
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Tulisan ini dibuat untuk mengapresiasi Drama yang masih airing yang menurut saya sangat bagus. Semoga membantu kalian yang sedang mencari drama untuk ditonton. Judulnya "a Poem a Day". Saya cenderung menilai bagus atau tidaknya drama atau film dari ceritanya. Aktor atau aktris justru tidak begitu penting. Dan "a Poem a Day" memiliki cerita dan gaya penyampaian yang sangat menarik. Penulis tampak sangat cekatan mengolah cerita dan Sutradara mampu memberikan roh di setiap adegan. Sementara aktor dan aktrisnya masih tergolong pendatang baru. Mereka memang tidak memasang wajah-wajah yang familiar. 
Tiada bunga yang mekar tanpa terayun. Bunga tercantik sekali pun semuanya mekar dengan terayun. Dengan terayun, mereka dapat tumbuh dalam posisi tegak. 
Itulah puisi pertama di episode pertama drama ini. Puisi yang sangat menyentuh bagi orang yang sedang putus asa. Dan memotivasi agar jangan tenggelam dalam keputusasaan itu. Beberapa drama menyelipkan puisi pada cerita. Masih ingat kan puisi di drama Goblin yang fenomenal itu? Kayaknya bukan kebetulan kalau saya menyukai drama ini. Karena baik Goblin atau a Poem a Day adalah favorit saya sepanjang masa. Menemukan mereka cukup membuat hati berbunga padahal tidak sedang jatuh cinta (jadi romatis gini mungkin efek puisi).

Pemeran Utama (Dari kanan ke kiri ) Jang Dong Yoon, Lee Yoo Bi, Lee Joon Hyuk.

Para pemain Drama a Poem a Day. Adalah yang kalian hapal?

Ceritanya tentang seorang physical therapist yang bekerja di rumah sakit bernama Woo Bo Young. Ia menjalani kehidupan yang berat setelah ayahnya meninggal. Tanpa sengaja menemukan puisi yang akhirnya menemaninya menjalani hidup. Sebenarnya ia ingin kuliah sastra namun bersikap realistis dengan memilih jurusan physiotherapy. Meski demikian, Bo Young sangat berdedikasi dalam bekerja. Salah satunya dengan menempelkan puisi untuk menyemangati pasiennya. 

Setiap moment terasa bagaikan kuncup bunga. 
Saat aku menyesalinya
Apa yang terjadi dahulu mungkin adalah harta yang berharga
Seseorang di masa lalu, sosok masa-masa itu
mungkin adalah hartaku yang berharga
Aku seharusnya lebih dekat denganmu
lebih sering berbicara denganmu
Aku semestinya lebih mendengarkanmu
lebih dalam mencintaimu
Aku bertanya-tanya apakah aku pergi karena lelah mendengarkanmu?
Seolah aku telah kehilangan akal
Aku seharusnya lebih menghargai masa itu
Setiap momen bagaikan kuncup bunga
Kuncup yang mekar ketika aku bersemangat
Karakter Bo-Young sangat real. Wanita mandiri dan bertanggung jawab. Bukan orang yang suka melemparkan pekerjaan pada orang lain. Berkali-kali menerima kesialan juga ia tanggapi dengan kata-kata, "Jangan emosi dan buang-buang waktu. Fokus pada pekerjaan!" untuk menyemangati diri sendiri.
 Lee Yoo Bi sebagai Woo Bo Young saat sedang bekerja.

Woo Bo Young saat menyatakan cinta.

Judul internasionalnya memang A Poem a Day tapi judul lainnya adalah You Who Forget Poetry. Tampaknya memang dikhususkan bagi mereka yang menyukai puisi. Tapi tanpa pengesampingkan cerita ya. Setiap episode kamu akan dimanjakan dua atau tiga puisi pendek yang dibaca oleh Bo Young. Kebanyakan mewakili perasaannya. Saya lebih suka judul You Who Forget Poetry. Karena drama ini membuat saya kembali buka-buka buku puisi yang lama tidak disentuh. 

Sebenarnya saat menulis ini, drama ini baru tayang 2 episode. Tapi saya sudah sangat suka dan ingin menulisnya. Semoga bisa menjadi referensi ya.


Bye. 
Foto Shin Jae Ha yang pernah jadi adik Lee Jong Suk di While You Sleeping. 
Jadi salah satu pemeran drama ini juga. Tapi bukan pemeran utama. 

Puisi Woo Bo Young lainnya
Puisi Woo Bo Young (part 1)
Puisi Woo Bo Young (part 2)
Puisi Woo Bo Young (part 3)

Puisi Woo Bo Young Saat Patah Hati
Puisi Woo Bo Young Saat Patah Hati (part 2)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Mencari cerita drama korea yang nggak sekedar kisah cinta-cintaan semata? Ga mikirin tampang doang tapi lebih memilih cerita? Drama ini adalah jawaban yang tepat. Genre komedi yang tak biasa. Ceritanya juga matang. Terbaik sejauh ini.


Wise prison life dibintangi oleh Park Hae Soo. Ketenarannya (di Indonesia) memang tidak sebanding dengan Lee Min Ho atau Lee Jung Suk. Ketampanannya juga menurut saya agak ketinggalan jika dibandingkan dengan dua aktor itu. Tapi cukup lumayan. Dia sebenarnya bermain di drama "Legend of the Blue Sea" yang sayangnya saya tidak nonton drama punya Lee Min Ho ini.

Oke, jadi ceritanya, Park Hae Soo adalah atlet baseball terbaik Korea Selatan bernama Je Hyuk di drama ini. Ia tengah berada di puncak popularitas dan mendapatkan kontrak pemain internasional ketika tersandung kasus hukum. Saat mengejar pria yang memperkosa adiknya, Je Hyuk memukul kepala pria itu dengan batu hingga koma. Profesinya sebagai atlet, membuatnya dianggap memberikan perlawanan yang berlebihan.

Park Hae Soo dan Kristal f(x) jadi sepasang kekasih di wase prison life.

Ia harus beradaptasi dengan kehidupan di dalam penjara. Popularitasnya membawa keberuntungan sekaligus ancaman. Kebayangkan kalian dikelilingi penjahat yang sedang menjalani hukuman. Tapi seperti judulnya Wise Prison Life atau Prison Playbook, drama ini mengangkat bahwa penjahat juga manusia. Jadi jangan menilai seseorang hanya dari penampilan atau dosa masa lalu mereka saja.

Jangan juga mengira akan dibawa melow dengan kehidupan Je Hyuk. Atlet yang diagung-agungkan publik Korea ini ternyata sangat polos. Ia tak memiliki keahlian apapun selain baseball. Hal ini akan membuat terpingkal atau tepok jidat karena kekonyolannya. Teman satu sel Je Hyuk juga tak kalah konyol dengan kisah masa lalu mereka masing-masing.


 Teman satu sel Je Hyuk.

Han Yang. Karakter paling lucu. Dipenjara karena narkoba.

Je Hyuk termasuk beruntung dilindungi orang-orang baik. Salah satunya adalah sahabat masa kecilnya yang ternyata adalah seorang sipir penjara, Joon Ho yang diperankan Jung Kyung Ho. Ia dan Je Hyuk dulu sama-sama bermain base ball hingga mereka mengalami kecelakaan mobil. Keduanya alami cidera yang membuat mereka tak bisa bermain lagi. Joon Ho menyerah sementara Je Hyuk terus memegang impiannya. Selama di penjara Joon Ho mencoba melindungi sahabatnya.


Selain lucu, ada juga bagian menegangkan. Masalah terbesar Je Hyuk di penjara adalah orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari dia. Termasuk kepala sipir penjara yang memerasnya. Ada juga yang ingin mendapatkan popularitas dengan meminta Je Hyuk wawancara dengan wartawan. Begitu juga penjahat lain yang masih bisa berbuat jahat meskipun sedang di penjara untuk menebus kejahatannya. Dari memeras hingga preman yang ingin membalas dendam. Sepanjang drama 16 episode ini, kita akan dibuat khawatir terjadi sesuatu yang buruk kepada Je Hyuk.

Belum lagi perjuangan Je Hyuk untuk tetap bermain baseball. Jika tak berlatih maka ia akan jauh tertinggal. Belum lagi penyakit yang harus ia lawan selama di penjara. Je Hyuk yang pantang menyerah sampai harus mengumumkan pensiun dari baseball. Semua berusaha agar ia Je Hyuk mau kembali berlatih.

Buat penggemar drama korea, kalian harus nonton...
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
  Hugh Jackman as P.T. Barnum
Saat seseorang diremehkan, ia justru akan termotivasi agar lebih sukses di masa depan. Namun orang itu harus tahu kapan harus berhenti. Karena mengejar pengakuan orang lain tidak ada habisnya. Dan itu bisa berbalik menghancurkanmu. 

The Greatest Showman ternyata terinspirasi dari kisah nyata, Bapak Sirkus Dunia P.T. Barnum. Ia salah satu orang terpenting di Dunia Sirkus. Walaupun sebenarnya saya tidak begitu menyukai sirkus. Pertama dan terakhir nonton saat SD. Bukannya terhibur, justru nguap beberapa kali dan ingin segera pulang. Tentu sirkus yang saya tonton jauh berbeda dengan Sirkus "The Greatest Show" ini ya. Pendapat saya tentang sirkus saat ini sudah berubah. Dari bukan pertunjukan yang menyenangkan menjadi pertunjukan yang mengeksploitasi binatang. Intinya masih sama. Tidak suka.

Tapi jangan salah. Menurut saya film ini sangat menyenangkan dan menyentuh. Barnum yang diperankan aktor kesayangan Hugh Jackman, merupakan orang yang mampu melihat keahlian seseorang di balik kekurangannya. Ia mempersatukan orang-orang buangan dan membuat mereka memiliki panggung mereka sendiri. Wow!

Latar belakang Barnum sendiri adalah seorang anak tukang jahit selalu diremehkan. Bahkan oleh ayahnya sendiri. Ketika menjadi gelandangan setelah ayahnya meninggal, seseorang berwajah buruk rupa memberinya buah apel. Mungkin sejak itu, Barnum mampu melihat hal baik di balik orang yang terlahir tidak sempurna.

Saat dewasa, ia nekat menikahi gadis dari keluarga kaya yang sudah dicintainya sejak kecil dan memiliki dua anak. Pada wanita yang dicintainya, Barnum menjanjikan kebahagiaan. Sirkus dimulai saat ia kehilangan pekerjaan. Ia meminjam uang di Bank dan mempersatukan orang-orang yang terbuang karena kondisi fisik mereka. Barnum memanfaatkan kekurangan mereka untuk menarik penonton. Dan berhasil.

 Salah satu anggota sirkus. Pria yang tingginya tak lebih dari 1 meter.

Wanita yang memiliki jenggot. Dan masih banyak lagi.

Barnum tak lepas dari kontroversi karena show-nya. Masyarakat Amerika jaman itu menganggap atraksi "orang-orang aneh" ini adalah hal yang memalukan. Protes makin menjadi karena kritikus menyebut Barnum "Sirkus Primitif dari Penipu". Jahatnya media sudah ada di era itu, yang akhirnya memancing orang kelas bawah bertindak anarkis. Nasib para anggota sirkus masih saja dihina seperti sebelumnya. Tetapi setidaknya Barnum memberi mereka keluarga dan panggung. Barnum sendiri akhirnya menjadi orang kaya yang bisa membeli rumah mewah dekat orang tua istrinya. Rumah itu sebagai cinta dan pembuktian.

Tapi pembuktian yang menurutnya istrinya lebih dari cukup itu belum membuat Barnum puas. Ia haus pengakuan. Dari orang-orang elit yang tak memandang Barnum serta orang tua istrinya. Hingga akhirnya semua yang telah ia bangun hancur secara perlahan. Barnum tidak tahu bagaimana berhenti. Ia juga jumawa karena apa yang ia bangun selalu berhasil.

Kisah lain yang tak kalah manis adalah percintaan Philips Carlyle dengan Anne Wheeler. Philips sebenarnya datang dari kaum elit. Barnum merekrutnya agar bisa menembus pergaulan kalangan atas. Ia jatuh cinta dengan Anne Wheeler. Percintaan orang kulit putih dengan kulit hitam dianggap aib di masa itu. Philips harus melepas semua yang dia miliki jika ingin bersama wanita yang dicintainya.

Film ini sangat mudah dinikmati. Dari awal sampai akhir kita akan dimanjakan dengan lagu bagus dengan suara merdu. Akting para pemain tidak perlu dilakukan lagi. Film ini perdana tayang Desember 2017 lalu.

Kalian udah nonton belum? :)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

The real world never change. Still cruel.

Saya membaca beberapa review tentang film ini setelah menonton. Dan sedikit kaget karena apa yang mereka tangkap jauh berbeda dengan apa yang saya pahami. Namun hal itu justru menunjukan kualitas seorang Guillermo Del Toro sebagai seorang sutradara. Dan tulisan ini tentu saja hasil penangkapan saya.

Elisa, wanita bisu tokoh sentral dalam film ini, seakan representatif dari manusia yang dianggap lemah. Bisa jadi ia biasa saja menjalani hidupnya. Tak memerlukan belas kasian orang lain. Toh dia menikmati hidupnya tanpa banyak mengeluh. Ia bersahabat dengan pelukis tua yang tinggal di sebelah kamarnya. Dan juga wanita sesama janitor yang mampu memahami dan melindunginya. Meski hanya seorang janitor, Elisa mendapatkan tekanan dari pemegang jabatan tertinggi di tempat kerjanya. Ia merasa perlu meremehkan Elisa yang bisu karena ia sendiri mendapatkan tekanan dari orang di atasnya. 


Elisa kemudian jatuh cinta tanpa sengaja. Dengan makhluk aneh yang dibawa dari kawasan Sungai Amazon. Ia terlihat seperti ikan yang menyerupai manusia. Amerika berencana melakukan penelitian tentang makhluk ini. Sama seperti ikan lain dan Elisa, mereka tidak bisa bicara. Tetapi komunikasi keduanya justru terjalin dengan baik. 

Kehebatan Amerika membuat mereka merasa berhak membunuh makhluk ini untuk dijadikan bahan penelitian. Elisa tak tinggal diam. Elisa yang lemah, Elisa yang hanya seorang janitor berusaha menyelamatkannya. Menembus penjagaan ketat, hanya dengan bantuan pelukis tua yang gagal melawan modernisasi foto. Tanpa sengaja, ia juga mendapatkan bantuan dari mata-mata Soviet yang ironisnya digambarkan lebih memiliki hati daripada Pejabat Amerika.


Apa yang ingin disampaikan film yang berhasil membawa pulang Piala Oscar sebagai film terbaik ini, membuat saya terhenyak. Menyadari bahwa dunia tidak pernah benar-benar berubah. Film ini mengambil setting sekitar tahun 1960. Meski sekarang sudah beralih ke dunia yang jauh lebih modern, namun manusianya tetap sama. Kejam dan egois. 








Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kehadiran Lady Bird sebagai film bergenre remaja seolah membawa angin segar. Telah lama genre ini didominasi cerita cinta-cintaan saja. Kalau pun mengangkat persoalan keluarga hampir semuanya diceritakan dengan formula yang sama. Itu pendapat pribadi sih. Karena terus terang, beberapa tahun belakangan malas dengan film bergenre remaja karena bosan.


Lady Bird sendiri merupakan nama yang dipilih oleh Christine, si tokoh utama dalam film ini untuk dirinya sendiri. Kebayangkan masa-masa dimana kita benci dengan nama pemberian orang tua. Ini merupakan satu di antara sekian banyak ketidakpuasan atas apa yang mereka berikan. Dari pemilihan nama tersebut menggambarkan pribadi Christine yang unik.


Ia memiliki hubungan yang rumit dengan Ibunya. Hal-hal kecil kerap membuat keduanya bertengkar. Christine berada di masa dimana ia tak ingin mendengarkan perintah apalagi omelan. Sementara Ibunya terus memancing perdebatan. Meski sebenarnya masih dalam porsi yang sangat wajar. Hubungan ini rasanya cukup membuat Christine ingin melanjutkan kuliah di New York agar jauh dari orang tuanya. Tentu saja ibunya melarang karena kesulitan finansial yang sedang dihadapi keluarga. Christine tetap pada pendiriannya dan mendaftar dengan bantuan Ayahnya.

Di sekolah Christine juga tak lepas dari pencarian jati diri ala remaja. Ingin diakui sekaligus dicintai. Dari mencari pacar hingga mencoba bergaul dengan murid paling tajir dan popular. Tetapi ia tak mencoba menjadi popular. Semata-mata yang dilakukannya untuk membuat masa remajanya lebih berwarna. Termasuk di dalamnya, keputusannya untuk memberikan keperawanannya di moment yang spesial.


Menonton perlakukan film ini, melihat bagaimana Christine memperlakukan Ibunya. Kita (wanita) akan dibuat serasa bercermin. Penyesalan Christine sama dengan yang kita rasakan setelah bertengkar dengan Ibu. Begitu pula, rasa sakit yang ia alami di akhir cerita. Justru karena keluarga, semakin sulit bagi kita untuk mengucap kata "maaf".

Sayangnya di ajang Academy Award 2018, Lady Bird gagal membawa pulang piala Oscar. Padahal banyak orang yang sangat ingin film ini menang. Meski tak memenangkan Academy Award, film ini layak mendapatkan apresiasi.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tiba-tiba terlintas tanya dalam benak saya, "Kapan terakhir kali mengobrol serius dengan keluarga?" Pertanyaan yang keluar dengan sendirinya itu sempat membuat saya termenung beberapa saat. Saya seakan membuka-buka album berisikan kenangan-kenangan ketika bersama kedua orang tua.

Potongan kenangan itu akhirnya muncul. Hmm sepertinya ini obrolan serius terakhir dengan orang tua saya. Saat itu saya, bapak dan ibu berada di dalam mobil, seingat saya menuju rumah. Kita tengah lelah-lelahnya mengurus persiapan pernikahan saya yang tinggal beberapa bulan. Mereka rupanya sedikit khawatir karena setelah menikah nanti saya harus keluar dari pekerjaan. Mungkin mereka lebih kepikiran daripada saya yang terancam jadi pengangguran ini. Akhirnya gagasan yang sudah lama tenggelam menyeruak lagi.

"Kamu nggak berminat jadi PNS?" kata ibu.

Pertanyaan yang sama pernah diulang-ulang puluhan kali ketika saya memilih universitas. Kemudian diulang lagi ketika saya lulus kuliah dan mencari pekerjaan. Jika saya iya-kan maka saya akan dititipkan di kerabat yang PNS dan sudah memiliki jawabatan lumayan tinggi. Saya akan menjadi pekerja honorer lalu menunggu pemerintah mengangkat saya jadi PNS. Namun jawaban saya tetap sama. Tidak.

Kali ini saya merasa perlu memberi mereka penjelasan yang sedikit lebih panjang dari sekedar kata "Tidak" itu.

"Aku takut! Takut mengambil rejeki orang lain."

Saya tahu banyak orang yang mendambakan jadi Pegawai Negeri Sipil. Ada yang karena pengarahan dari orang tua atau memang murni keinginan sendiri. Namun toh mereka berusaha sampai mengambil jurusan tertentu agar diterima jadi PNS. Lalu bagaimana kalau saya ujug-ujug merebut impian mereka. Duduk di kursi yang seharusnya menjadi tempat mereka. Walaupun itu dilakukan tanpa sengaja.

Obrolan tidak berhenti disitu. Karena ibu saya tentu tidak dengan mudahnya menyerah.

"Kok merebut rejeki orang? Kan kamu emang kerja. Bukan makan gaji buta."

Memang bekerja, tapi tidak sesuai dengan passion saya. Diluar sana masih banyak orang yang memang sangat menginginkan pekerjaan itu. Sementara nantinya saya akan dengan sangat tidak bahagia mengerjakan apa yang tidak menarik menurut saya.

Pendapat tadi tentu saja akan dengan mudah dipatahkan. Untuk antisipasi kekalahan yang di depan mata, saya pun menambahkan keterangan.

"Apa ibu bisa menjamin 100 persen jika pekerjaan tersebut halal. Bagaimana dengan godaan korupsi? Ibu mau menanggung dosanya?"

Jaman sekarang sulit menjadi orang jujur. Dan menurut saya ketika menjadi PNS akan lebih sulit untuk menghindar dari kecurangan. Bukan berarti saya menuding semua PNS itu korupsi. Pasti ada yang jujur. Tapi apakah nanti saya mampu untuk menjadi PNS yang jujur. Saya meragukan itu. Meragukan diri saya sendiri. Seperti menemukan uang di tempat yang sepi. Kamu bisa kantongi saja uang itu karena tak akan ada orang yang tahu. Tetapi itu tetap bukan uangmu. Ada orang yang berhak atas uang itu. Lalu bagaimana jika uang itu adalah uang rakyat? Hitung saja dosa yang harus ditanggung. Sejumlah rakyat Indonesia?

Sampai sini ibu diam. Bapak yang tadi sempat menambahkan argumen bahwa jadi PNS itu enak, juga tak lagi ingin mengeluarkan suara.

Membahas hal ini saya jadi teringat obrolan saya dengan seorang teman. Ia bercerita tentang salah satu temannya yang menjadi PNS, sementara ia bekerja untuk Perusahaan Multinasional. Sebenarnya ada kesamaan antara teman saya dengan temannya yang PNS ini. Mereka sama-sama bertanggungjawab proyek di tempat kerja. Bedanya adalah teman saya akan survey harga dan nego habis-habisan sampai mendapatkan harga terbaik dari vendor. Sedangkan temannya, akan memberikan harga normal dan akan mengantongi diskon yang diberikan vendor. Namanya dikasih masa nolak.

Mendengar cerita teman saya ini saya bisa bilang, "Dipikir lagi. Itu uang halal atau enggak? Hak kita atau bukan?". Namun belum tentu saya masih memiliki pemikiran yang sama jika berada di posisi dia.

Ini sih sekedar opini pribadi. Kalau menurut kalian uang tersebut bisa dikategorikan korupsi bukan? Terus obrolan serius apa yang pernah kalian lakukan bersama keluarga?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Hai. Namaku Nanda. Anaknya suka cerita lewat tulisan dan suka belajar tentang kehidupan. Terima kasih sudah mampir, ya!

Follow My Instagram

  • Instagram

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
  • ▼  2018 (16)
    • ►  December (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (2)
    • ▼  March (7)
      • Queen of Mystery 2 Lebih Seru? - Review Drama Korea
      • A Peom A Day - Drama Korea yang Harus Kalian Tonton
      • Drama Korea Terlucu - Wise Prison Life
      • Review Film The Greatest Showman
      • Review Film Pemenang/Nominasi Oscar (Part 2) - The...
      • Review Film Pemenang/Nominasi Oscar (Part 1) - Lad...
      • Obrolan Serius?
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2013 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2012 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2011 (18)
    • ►  November (5)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2010 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  March (11)
    • ►  January (1)
  • ►  2009 (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (1)
    • ►  December (1)

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose