Obrolan Serius?

by - March 18, 2018

Tiba-tiba terlintas tanya dalam benak saya, "Kapan terakhir kali mengobrol serius dengan keluarga?" Pertanyaan yang keluar dengan sendirinya itu sempat membuat saya termenung beberapa saat. Saya seakan membuka-buka album berisikan kenangan-kenangan ketika bersama kedua orang tua.

Potongan kenangan itu akhirnya muncul. Hmm sepertinya ini obrolan serius terakhir dengan orang tua saya. Saat itu saya, bapak dan ibu berada di dalam mobil, seingat saya menuju rumah. Kita tengah lelah-lelahnya mengurus persiapan pernikahan saya yang tinggal beberapa bulan. Mereka rupanya sedikit khawatir karena setelah menikah nanti saya harus keluar dari pekerjaan. Mungkin mereka lebih kepikiran daripada saya yang terancam jadi pengangguran ini. Akhirnya gagasan yang sudah lama tenggelam menyeruak lagi.

"Kamu nggak berminat jadi PNS?" kata ibu.

Pertanyaan yang sama pernah diulang-ulang puluhan kali ketika saya memilih universitas. Kemudian diulang lagi ketika saya lulus kuliah dan mencari pekerjaan. Jika saya iya-kan maka saya akan dititipkan di kerabat yang PNS dan sudah memiliki jawabatan lumayan tinggi. Saya akan menjadi pekerja honorer lalu menunggu pemerintah mengangkat saya jadi PNS. Namun jawaban saya tetap sama. Tidak.

Kali ini saya merasa perlu memberi mereka penjelasan yang sedikit lebih panjang dari sekedar kata "Tidak" itu.

"Aku takut! Takut mengambil rejeki orang lain."

Saya tahu banyak orang yang mendambakan jadi Pegawai Negeri Sipil. Ada yang karena pengarahan dari orang tua atau memang murni keinginan sendiri. Namun toh mereka berusaha sampai mengambil jurusan tertentu agar diterima jadi PNS. Lalu bagaimana kalau saya ujug-ujug merebut impian mereka. Duduk di kursi yang seharusnya menjadi tempat mereka. Walaupun itu dilakukan tanpa sengaja.

Obrolan tidak berhenti disitu. Karena ibu saya tentu tidak dengan mudahnya menyerah.

"Kok merebut rejeki orang? Kan kamu emang kerja. Bukan makan gaji buta."

Memang bekerja, tapi tidak sesuai dengan passion saya. Diluar sana masih banyak orang yang memang sangat menginginkan pekerjaan itu. Sementara nantinya saya akan dengan sangat tidak bahagia mengerjakan apa yang tidak menarik menurut saya.

Pendapat tadi tentu saja akan dengan mudah dipatahkan. Untuk antisipasi kekalahan yang di depan mata, saya pun menambahkan keterangan.

"Apa ibu bisa menjamin 100 persen jika pekerjaan tersebut halal. Bagaimana dengan godaan korupsi? Ibu mau menanggung dosanya?"

Jaman sekarang sulit menjadi orang jujur. Dan menurut saya ketika menjadi PNS akan lebih sulit untuk menghindar dari kecurangan. Bukan berarti saya menuding semua PNS itu korupsi. Pasti ada yang jujur. Tapi apakah nanti saya mampu untuk menjadi PNS yang jujur. Saya meragukan itu. Meragukan diri saya sendiri. Seperti menemukan uang di tempat yang sepi. Kamu bisa kantongi saja uang itu karena tak akan ada orang yang tahu. Tetapi itu tetap bukan uangmu. Ada orang yang berhak atas uang itu. Lalu bagaimana jika uang itu adalah uang rakyat? Hitung saja dosa yang harus ditanggung. Sejumlah rakyat Indonesia?

Sampai sini ibu diam. Bapak yang tadi sempat menambahkan argumen bahwa jadi PNS itu enak, juga tak lagi ingin mengeluarkan suara.

Membahas hal ini saya jadi teringat obrolan saya dengan seorang teman. Ia bercerita tentang salah satu temannya yang menjadi PNS, sementara ia bekerja untuk Perusahaan Multinasional. Sebenarnya ada kesamaan antara teman saya dengan temannya yang PNS ini. Mereka sama-sama bertanggungjawab proyek di tempat kerja. Bedanya adalah teman saya akan survey harga dan nego habis-habisan sampai mendapatkan harga terbaik dari vendor. Sedangkan temannya, akan memberikan harga normal dan akan mengantongi diskon yang diberikan vendor. Namanya dikasih masa nolak.

Mendengar cerita teman saya ini saya bisa bilang, "Dipikir lagi. Itu uang halal atau enggak? Hak kita atau bukan?". Namun belum tentu saya masih memiliki pemikiran yang sama jika berada di posisi dia.

Ini sih sekedar opini pribadi. Kalau menurut kalian uang tersebut bisa dikategorikan korupsi bukan? Terus obrolan serius apa yang pernah kalian lakukan bersama keluarga?

You May Also Like

0 comments

saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.