• Home
  • Travel
  • Life Style
    • Category
    • Category
    • Category
  • About
  • Contact
  • Download
facebook twitter instagram linkedin

nanda pangesti

Banyak lagu yang mengingatkan kita pada seseorang. Atau pada suatu kejadian. Bisa juga membawa kembali rasa. Tapi sejujurnya lagu tidak pernah benar-benar menggambarkan perasaan. Mereka hanya mewakili. Setidaknya menurut saya demikian.

Tapi lagu ini rupanya lain. Dia mampu menguliti perasaan dan bahkan menelaah satu per satu rasa yang tidak pernah benar-benar saya urai sebelumnya. Semakin didengarkan, semakin suka sekaligus semakin sakit. Judulnya "Rumpang". Single pertama dari seorang penyanyi muda. Nadin Amizah. Mungkin kalian sudah tahu. Tapi jika belum dan penasaran, klik link Youtube-nya di bawah ini.

Rumpang by Nadin Amizah

Pertama kali mendengar liriknya, wajah almarhum Bapak langsung terbayang. Dan lagu itu adalah rasa saya. Bukan kata yang keluar dari pita suara Nadin yang indah. Rumpang memang tentang rasa kehilangan. Dalam video klipnya menceritakan seorang anak perempuan kehilangan ibunya. Ia terlalu kecil untuk paham apa itu kepergian yang tiba-tiba. Dia dipaksa untuk menghadapi rasa yang mungkin sangat sulit dipahami. Sebenarnya kecil atau dewasa, akan sama saja. Sama beratnya kalau itu soal merelakan seseorang karena kematian. Termasuk saya.

Penggalan awal lirik Rumpang berkata seperti ini,

"Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu.

Sempat ku berpikir masih bermimpi
24/7 tanpa henti
Matahari dan bulan saksinya
Ada rasa yang tak mau hilang"

Bapak saya meninggal secara tiba-tiba di tahun 2017 lalu. Saat ini, sudah setahun lebih kepergian beliau. Namun masih seperti kata-kata tadi lah rasanya. Ingin peristiwa ini adalah "mimpi".  Ingin bisa bangun dan mendapati semua baik-baik saja. Bahwa almarhum masih hidup dan bisa ditemui kapan saja. Bisa bicara dan bisa dipeluk. Bisa ditelepon dan diajak bercanda. Orang akan bilang tak baik terus-terusan larut dalam kesedihan. Padahal rasa ini tak bisa kamu kendalikan. "Ada rasa yang tak mau hilang".

Lirik selanjutnya begini,

"Aku takut sepi tapi yang lain tak berarti"

Lalu,

"Katanya mimpiku 'kan terwujud
Mereka lupa tentang mimpi buruk
Tentang kata maaf, sayang aku harus pergi"

Sebenarnya banyak orang yang akan menemani. Mencoba menghibur, berusaha memahami dan mengeti. Entah karena sayang, entah karena mereka juga pernah mengalami sendiri. Kehilangan seseorang yang benar-benar kehilangan. Mereka seakan bisa membantu melewati semua dan baik-baik saja. Padahal, mereka hanya angin lalu. Mereke mungkin benar, tapi hatimu kosong sehingga terdengar seperti omong kosong. Sekeras apapun semua itu "tak berarti".

Terkadang mereka membuat kita harus berpura-pura baik-baik saja. Agar mereka tak khawatir dan menjadi beban untuk mereka. Karena mereka sudah berusaha keras. Mungkin akan ada satu titik dimana kita akan lewati dengan sendirinya. Tanpa

Apapun kata orang untuk menghiburmu saat kehilangan, terasa bagai angin lalu. Kamu tahu kata-kata itu benar tapi tetap seperti omong kosong. Karena yang pergi tak kembali. Yang kamu inginkan tidak akan terjadi. Kita sendiri tak punya petunjuk "kapan kesedihan ini akan berakhir? Lalu apa benar hanya waktu yang akan menyembuhkan? Bagaimana kalau tidak.

Dari semua baris lirik Rumpang, inilah paling menusuk hingga ke ulu hati.

"Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu pergi
Banyak yang tak ku ahli
Begitu pula menyambutmu tak kembali"

Tak akan ada orang yang ahli dalam hal ini. Meskipun sangat benar-benar menginginkan. Rasa tak bisa melepas kepergian seseorang adalah seperti berjalan dengan beban yang berat. Tidak bahagia dan menyiksa. Maka menjadi "ahli menyambut seseorang pergi" adalah harapan untuk bisa melanjutkan hidup bagi orang seperti saya.

Bukan bermaksud menggurui kalian dengan menguraikan rasa di lagu milik Nadin. Mungkin kalian punya rasa yang berbeda. Atau hanya sedikit mirip. Karena memang tidak harus sama. Sakit ini boleh berbeda-beda.

Ketika memutuskan untuk menulisnya di blog, saya tidak mengharapkan apa-apa. Hanya saja, menumpahkan apa yang kita rasa lewat tulisan itu menyenangkan. Mendengar lagu "Rumpang" juga menyenangkan. Membuat sedih dan mungkin memaksa air mata keluar. Entah mengapa itu juga menyenangkan. Mungkin disinilah peran seni (musik) itu sendiri. Saat ini, tidak ada yang bisa mengetahui rasa kehilangan saya atas kematian Bapak, selain Rumpang.

P.S Saya sempat mencari arti Rumpang. Karena bingung kenapa diberi judul dengan kata itu. Walaupun terdengar sangat cocok. Dari pencarian digital menyimpulkan kalau Rumpang sebenarnya memiliki arti ompong (untuk gigi). Tidak utuh atau bersela-sela.



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Chae Do Jin (diperankan Nam Da Reum) menggendong adiknya melewati jalan setapak yang dipenuhi pohon sakura dengan bunga yang sedang mekar. Sebuah mobil melintas. Di dalamnya Han Jae Yi (diperankan Ryoo Han Bi) dan keluarganya serta seekor anjing. Saat itulah cerita tentang cinta pertama mereka berawal. 

Jae Yi dan Chae Do Jin.
Kisah mereka bukan lagi menjadi kisah yang manis ala anak SMA. Karena Ayah Do Jin, Yoon Hae Jae yang ternyata seorang psikopat. Ia membunuh banyak orang termasuk orang tua Jae Yi. Sejak saat itu, keduanya terpisah. Saling mengganti nama untuk melupakan masa lalu sekaligus lari dari kejaran media yang terus mengulik cerita mereka. 

Jae Yi dewasa.
Kehidupan mereka menjadi berat setelah peristiwa itu. Saat sudah dewasa, Do Jin dewasa (diperankan Jang Ki Young) menjadi seorang detektif dan Jae Yi dewasa (diperankan Jin Ki Jo) meniti karir menjadi artis seperti ibunya. Dari balik penjara, Yoon Hae Jae tetap membuat kehidupan keduanya sengsara. Ia mengeluarkan buku biografi tentang kisah hidupnya dan membuat Do Jin dan Jae Yi kembali dikejar-kejar media untuk wawancara. 

Terlepas dari intervensi media, Do Jin dan Jae Yi saja sudah kesulitan menghadapi perasaan mereka. Bagaimana mencintai pria yang Ayahnya telah menghancurkan keluargamu dengan tragis? Bagaimana pula, Do Jin harus memandang Jae Yi dengan kepala tegak setelah perbuatan Ayahnya? 

Chae Do Jin dan Jae Yi.
Come and Hug Me memang tampil sangat menjanjikan di episode-episode awal. Ceritanya juga kuat. Sutradara dengan baik membangun perasaan Do Jin dan Jae Yi. Sayang drama ini memiliki tempo yang sangat lambat. Beberapa adegan dibuat terlalu panjang. Beberapa juga tidak perlu untuk ditampilkan. 

Saya tidak keberatan dengan drama-drama dengan tempo yang lambat. Beberapa drama dengan tempo seperti ini Saya lahap habis tanpa mengeluh seperti Uncontrollaby Fond dan Mother. Biasanya drama dengan tempo ini justru memiliki cerita yang serius, riset yang mendalam, kisah mengharukan dan mengaduk-aduk perasaan. 

Mungkin "Come and Hug Me" bukan tipe drama yang Saya sukai. Merasa membutuhkan kesabaran ekstra untuk menghabiskan setiap episodenya. Padahal akting Jang Ki Young dan Nam Da Reum serta Jin Ki Jo dan Ryoo Ha Bin sangat keren. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jangan bandingkan drama “Investigation Couple” dengan drama-drama investigasi lain yang sempat booming seperti “Voice”, “Signal” atau “Tunnel”. Drama ini memiliki keseruan yang berbeda.

“Voice” membutuhkan karakter seperti Kang Kwon Jo (diperankan Lee Ha Na) yang memiliki kemampuan mendengar suara-suara yang tak didengar telinga biasa. Sedangkan “Signal” memberikan bumbu fantasi berupa walkie-talkie yang bisa menghubungkan detektif Park Hae Young (diperankan Lee Je Hoon) di masa depan dengan detektif Lee Jae Han (diperankan Cho Jin Woong) di masa lampau. Begitu pula dengan “Tunnel” yang menggunakan bumbu fantasi berupa terowongan yang mengantarkan detektif Park Kwang Ho.


Maka dibandingkan dengan drama-drama tsb, “Investagation Couple” terasa polos. Tapi justru ini menariknya. Drama ini menceritakan tentang seorang jaksa baru (roockie) bernama Eun Sol (Jung Yoo Mi) dan seorang dokter forensik Baek Beom (Jung Jae Young). Eun Sol berasal dari keluarga kaya yang tak bangga dengan pilihan hidup Eun Sol. Ia bertekad menjadi jaksa yang baik menangkap penjahat demi korban. Sementara Baek Beom telah 10 tahun menjadi dokter forensik setelah kecelakaan yang dialaminya.


Eun Sol adalah manusia biasa, tak memiliki kemampuan spesial apapun. Tapi ia selalu berusaha keras mengungkap teka-teki kasus yang ditanganinya. Sementara Baek Beom yang memiliki perangai buruk menjadi sosok yang sulit dipahami orang-orang di sekitarnya. Jangankan para jaksa, rekan kerjanya saja membencinya. Namun Eun Sol langsung mempercayai Baek Beom walaupun ia sering dibuat kesal. Eun Sol fokus menemukan penjahat sedangkan Baek Beom tak mau berbicara selain fakta yang ditemukan dari hasil autopsi.

Tiap episode dalam drama ini terasa seru. Kita dibuat menebak-nebak siapa penjahatnya. Tapi tebakan tsb sering kali salah. Eun Sol juga berkali-kali hampir terjebak. Baek Beom terkadang membantunya, terkadang juga memberikan petunjuk secara tersirat.


Jangan bayangkan duo jaksa dan dokter forensik ini romantis ala drama korea romantis pada umumnya. Judul lain drama ini “Partner for Justice” yang rasanya memang lebih pas untuk mewakili cerita. Partner bukan Couple. Rekan bukan Pasangan.

Sebenarnya ada yang sedikit mengganggu dalam drama ini. Yakni ketika Eun Sol berkali-kali meminta Baek Beom bersimpati dengan korban. Padahal jelas-jelas Baek Beom adalah orang yang logis dan hanya mau berbicara dengan fakta. Terus Baek Beom juga tipikal orang yang kurang ramah. Padahal kalau mau komunikasi, ia dan Eun Sol adalah partner yang cocok.







Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama Korea dan serial televisi buatan Amerika memiliki penikmat masing-masing. Menurut Saya, ada banyak yang menyukai drama Korea tapi tak akan melirik serial Amerika. Begitu pun sebaliknya. Sebenarnya, dulu ketika pertama kali mengetahui jika Korea akan mengadaptasi beberapa judul serial Amerika, Saya menaruh harapan yang tinggi. Sayangnya harapan itu berakhir dengan kecewa. Semua judul drama adaptasi tidak ada yang berkesan. Saya lalu menyimpulkan bahwa drama Korea yang mengadaptasi serial  Amerika bukan tipe yang akan saya sukai. Meskipun saya juga menikmati beberapa serial Amerika. 

Jang Dong Gun dan Park Hyung Sik di drama Suits.
Tapi pengecualian untuk Park Hyung Sik. Sungguh sayang melewatkan dia begitu saja hanya karena saya tidak menyukai drama Korea adaptasi serial Amerika sebelumnya. Park Hyung Sik memerankan karakter Go Yeon-Woo, pemuda yatim-piatu yang dibesarkan oleh neneknya. Yoen-Woo terlahir jenius hingga ia bisa menjadi seorang trainee di kantor pengacara ternama setelah direkrut secara kebetulan oleh Choi Kang Seok. 


Sebagai anak muda yang hanya sekolah hukum dengan nama orang lain (dan dibayar), ia hanya tahu bagaimana menegakan keadilan dengan ilmunya. Tapi realitanya berbeda. Ia dihadapkan dengan trik dan tipu daya baik rekannya sesama pengacara atau justru kliennya sendiri. Beberapa kali ia terancam kehilangan pekerjaan. Satu-satunya orang yang bisa ia percaya adalah Choi Kang Seok, mentornya. Namun Choi Kang Seok bukan tipe orang yang peduli dan mengoyomi Yoen Woo. Sering kali, ia harus menghadapi persoalan sendiri.

Menariknya adalah perdebatan antara Choi Kang Seok dengan Go Yoen Woo tentang keadilan. Yoen Woo memiliki pemahaman yang sama dengan kita tentang keadilan. Bahwa orang yang bersalah harus dihukum dan yang tidak harus dibebaskan. Tapi Choi Kang Seok lebih kompleks memahami arti tsb karena jam terbangnya sebagai mantan Jaksa dan pengacara. Disisi lain, ia juga terkadang melupakan arti dari keadilan itu sendiri.
Keadilan adalah memberi kembali semua orang apa yang pantas ia dapatkan. -Simonides, Filsuf Yunani.
Menonton episode satu dan dua, saya melihat ada potensi drama ini akan seru. Sementara di episode ketiga hingga enam, Saya justru kehilangan keseruan dari cerita. Penulis seolah terburu-buru menceritakan kasus per kasus. Mungkin karena pengaruh  serial Amerika yang memiliki alur cepat. Sutradara pun tak mampu memberikan ruh dalam beberapa adegan. Beberapa dialog kurang memiliki makna atau arti baik sisi cerita maupun karakter. 

Park Hyung Sik pun kehilangan pesona. Karena memang di drama serius sementara dia memerankan karakter orang miskin sehingga mungkin dianggap tidak tepat jika terlalu mengeksploitasi ketampanannya. Namun terlepas dari fisik, Park Hyung Sik juga tidak bisa membuat saya percaya jika seorang jenius. Beberapa adegan memperlihatkan jika ia dibodohi atau sekedar kebingungan. Tapi sepertinya memang bukan kesalahan Park Hyung Sik. Melainkan naskah yang menuntut dia demikian.

Keseruan yang Saya tunggu-tunggu baru terasa di episode ketujuh. Bukan hal yang baik bagi sebuah drama jika baru menarik perhatian penonton harus menghabiskan enam episode sia-sia. Takutnya keburu kabur. Mungkin ini drama adaptasi pertama yang akan Saya lahap habis.

Go Sung Hee dan Park Hyung Sik.

Kabar gembiranya drama ini tetap memberikan sentuhan romantis melalui Park Hyung Sik dan Go Sung Hee. Meskipun romantisme yang sangat tipis jika dibandingkan drama korea yang biasa mengumbar adegan-adegan sejoli.

Berikut beberapa judul drama adaptasi yang gagal membuat saya terus menonton sampai akhir. 

Criminal Minds. Cuma nonton dua episode.

Mistress. Bertahan satu episode saja.

Entourage. Mencoba bertahan lebih dari tiga episode.




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Nama besar Lee Kwang So sebagai Prince of Asia tidak bisa membuat saya langsung melirik drama yang dibintanginya. Bahkan sebelumnya dia juga menjadi pemeran utama di drama "The Sound of Your Heart" juga terlewat dari pantauan. (Mungkin udah ada yang liat drama "The Sound of Your Heart? Bagus ga?). Untuk program reality show, Kwang So memang masternya. Tapi untuk drama atau film, nama dia belum bisa menjadi jaminan. Apalagi sedang banyak drama yang bagus tayang musim ini.  


Setelah sempat ragu, akhirnya tergerak juga untuk menonton. Di luar ekpektasi, ternyata cerita drama ini sangat bagus dan realistis. Ratingnya pun cukup lumayan mengingat drama ini tayang di tvN, tv kabel Korea. Kepolisian di hampir seluruh negara selalu dipandang sebelah mata. Tapi Kwang So dan kawan-kawan membuka mata dengan memperlihatkan kehidupan mereka yang serba sulit. Caranya menurutku agak berbeda dengan drama yang mengangkat cerita serupa. 

Drama "Live" berhasil menggambarkan kehidupan yang sangat nyata para anggota kepolisian. Mereka juga manusia seperti kita. Bukan drama yang heroik seorang polisi yang memiliki tujuh nyawa yang gigih mengejar penjahat. Justru inilah yang membuat Saya akhirnya menghabiskan drama ini sampai selesai. 



Polisi di drama ini mengkhususkan pada kehidupan polisi patroli Korea. Mereka adalah orang-orang yang bersenjata tapi tak bisa menggunakan senjatanya karena terikat peraturan penggunaan senjata. Harus ada alasan kuat kenapa senjata tersebut harus digunakan. Jika dianggap menggunakan senjata tidak semestinya maka mereka akan diselidiki atau bisa terancam dipecat. Padahal yang mereka hadapi setiap hari adalah penjahat yang bisa saja menembak mereka terlebih dahulu. Dan jika mereka mati karena terlalu berhati-hati atau ragu menggunakan senjata, maka tak perlu lagi diselidiki.



Ada satu scene yang membuat kasian kepada para polisi ini. Suatu ketika seorang pria yang mengidap paranoid menembak polisi patroli dengan senjata rakitan. Di depan para polisi lainnya. Tentu saja polisi langsung mengeluarkan senjata dan menembak pria bersenjata meskipun rakitan tersebut. Ujungnya para polisi tersebut harus diselidiki untuk menentukan apakah perlu menggunakan senjata api. 

Lee Kwang So dan Jung Yu Mi harus memerankan polisi baru yang tak menyangka bahwa kehidupan polisi begitu berat. Ibu Han Jung Oh (karakter yang diperankan Jung Yu Mi) bahkan tak menyetujui anaknya menjadi polisi karena tak ingin anaknya dalam bahaya. Apalagi gaji polisi menurutnya tak sebanding dengan nyawa anaknya yang selalu di ujung tanduk. 


Jangan berharap Kwang So akan memerankan karakter polisi yang gagah berani, charming dan digilai wanita. Jung Oh saja menolak cintanya dan lebih memilih menerima cinta seniornya Choi Myung Ho yang tampan. Karakter Yeom Sang So yang dibawakannya adalah pria biasa yang banyak melakukan kesalahan karena terlalu bersemangat. Tapi terlepas dari kesalahan-kesalahan bodohnya sebagai anggota polisi baru, ia adalah polisi yang memiliki dedikasi tinggi untuk melindungi masyarakat dan melawan penjahat.

Sayang, episode satu sangat membosankan. Pasti banyak yang enggan meneruskan episode berikutnya karena sudah terlanjur menilai drama ini tak menarik. Saran saya, coba bertahan. Karena episode dua mulai dapat dinikmati tanpa rasa bosan. 

Terima kasih sudah membaca ^_^
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Terkadang ketika hidup terasa sulit,
yang kita butuhkan hanya pulang. 
Tapi tentu untuk pulang kita harus memiliki rumah. Tak selalu bangunan yang memiliki atap bisa disebut rumah. Seseorang juga bisa menjadi rumah tanpa kita sadari. Hal ini yang terlintas usai menonton kehidupan Hye Won di film Little Forest. Ia tak menyadari bahwa rumah yang sebenarnya adalah ibunya, wanita yang ia benci sekaligus cintai.


Hye Won mengalami mengalami kehidupan yang sulit ketika tinggal di kota besar seperti Seoul. Kerja sekeras apapun, belajar serajin apapun, hasilnya tetap saja nihil. Makanan di Seoul tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan makanan di kampungnya. Lapar. Itulah alasan awal Hye won pulang ke kampungnya.


Dari tampilan visualnya, rumah Hye Won terletak di kaki bukit atau gunung. Seperti rumah-rumah di kaki Gunung Merapi atau Batu Malang sebelum dikomesilkan. Benar-benar sebuah desa yang harus menempuh jarak 1 jam bersepeda untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kecuali makanan yang tinggal petik di kebun atau di hutan kecil dekat rumahnya.

Hye Won tidak berniat untuk menetap di rumah itu. Ia mengira kehidupan di kampung tak cocok untuknya. Setelah perutnya kenyang, ia akan kembali ke Seoul. Apalagi rumah itu selalu mengingatkan tentang ibunya. Lima tahun lalu, Ia meninggalkan Hye Won yang baru akan lulus SMA. Tanpa pamit. Hanya surat yang saat itu tak ia mengerti maksudnya. Karena terluka, Hye Won membenci ibunya.

Jae Ha, teman masa kecil Hye Won (yang diperankan oleh Ryu Jun Yeol) membantu Hye Won menemukan jawaban atas pelariannya. Setidaknya, pria yang juga akhirnya memilih tinggal di desanya daripada Seoul ini, memberikan Hye Won prespektif baru. Jae Ha memutuskan kembali dan bertani karena sudah muak dengan kehidupan kota. Ia rela berpisah dengan pacarnya karena pilihannya tersebut. Karenanya, Hye Won akhirnya berani putus dengan pacarnya yang ada di Seoul.


Ini kedua kalinya menonton film Ryu Jun Yeol. Dan dari dua film tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ia pintar memilih peran. Meski bukan pemeran utama tapi ia selalu mendapatkan peran yang membekas di hati. Apa karena saya seorang penggemar yang setia? Seperti sosok Jae Ha ini. Dia pria yang sangat prinsipil, berani tapi juga lembut. Baik Jae Ha maupun Kim Jung Hwan (karakter Ryu Jun Yeol di drama Reply 1988) mengingatkan pada masa kecil.

Hye Won tetap berniat meninggalkan desanya. Hanya saja ia terus mengulur waktu kepergiannya. Dari sosok Hye won dan juga cara masyarakat desa hidup kita dapat belajar. Bahwa mungkin hanya 10 persen dari seluruh kebutuhan sehari-hari yang perlu untuk dibeli. Karena sisanya sudah tersedia di alam. Seperti makanan. Hye Won mencoba memasak masakan yang pernah dibuat ibunya. Tanpa ia sadari jika dirinya sangat menikmati kehidupannya saat ini.

Film ini sebenarnya memamerkan banyak makanan daerah. Catat ya makanan daerah dan bukan lagi makanan tradisional. Sebagai penggemar drama, film dan kebudayaan korea, banyak makanan yang belum pernah ada di drama maupun film. Mungkin makanan yang hanya dimakan oleh masyarakat pedesaan. Salah satunya adalah bunga dibawah ini yang oleh Hye Won digoreng dengan tepung lalu dimakan.


Setiap orang memiliki luka masing-masing. Tapi Hye Won akhirnya terobati setelah ia kembali ke desanya. Padahal Ia berniat melupakan tempat itu. Ramuan waktu, alam dan makanan adalah kunci. Belajar dari Hye Won, mungkinkah kita juga harus pulang agar mampu menyembuhkan luka kita masing-masing? 

Bagi kalian yang mencari referensi film korea, mungkin akan tertarik dengan film ini. Terima kasih sudah membaca.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Something in the Rain atau Pretty Noona Who Buys Me Food menceritakan tentang kisah cinta beda usia dimana pria lebih muda dibandingkan wanitanya. Secara harfiah tidak ada yang salah jika wanita mencintai pria lebih muda atau pria mencinta wanita yang lebih tua. Tapi ada stigma negatif yang menempel pada kisah seperti ini. 


Yoon Jin Ah bisa dibilang tak beruntung soal asmara. Di masa lalu, Ia sangat popular di kalangan pria karena kecantikannya. Tapi sekarang usianya sudah memasuki 35 tahun. Pria-pria yang dulu mengejarnya mungkin sudah berkeluarga. Kekasihnya Lee Gyu Min (diperankan Oh Ryong) meminta putus dengan sangat menyakitkan. Di saat yang sama Ibunya justru terus meminta ia segera menikah. Tipikal Ibu yang kolot yang menginginkan menantu kaya dan berpendidikan semakin membuat Jin Ah merana. 


Seo Joon Hee kembali ke kehidupan Jin Ah di saat yang tepat. Ia baru saja pulang dari luar negeri dan bekerja di gedung yang sama dengan Jin Ah. Ia sudah menganggap Joon Hee seperti adik karena memang ia adalah adik dari sahabat karibnya. Tapi Joon Hee berubah menjadi pria dewasa sepulangnya dari luar negeri. Ia mampu mengisi kekosongan di hati Jin Ah. 

Jin Ah dan Joon Hee sempat serba salah menghadapi perasaan mereka masing-masing. Mengingat usianya, Jin Ah tentu saja malu dengan perasaannya kepada Joon He. Sementara Joon Hee terlalu takut mendapatkan penolakan. Jin Ah yang memiliki karakter "dipikir ntar" akhirnya menggenggam tangan Joon Hee terlebih dahulu.


Setelah berpacaran pun, keduanya harus merahasiakan hubungan mereka sementara waktu. Tak ingin membuat orang-orang syok dan mencari waktu yang tepat. Tak ada jaminan Jin Ah akan mendapatkan restu orang tuanya. Terutama Ibu Jin Ah yang memandang rendah Joon Hee karena latar belakang keluarganya. Pekerjaannya sebagai designer game juga tak menolong padangan emak-emak satu ini. Belum tentu juga Seo Kyung Sun, kakak Joon Hee dan sahabat Jin Ah memberikan restunya, meskipun ia sangat menyayangi sahabatnya. Tapi berlama-lama menyembunyikan hubungan mereka kepada Kyung Sun juga bisa membuat dia merasa dikhianati. 


Bisa jadi judul "Pretty Noona Who Buys Me Food" memang terinspirasi dari kisah Song Jong Ki dan Song Hye Kyo. Kalimat itu diambil dari kata-kata Song Hye Kyo ketika ditanya tentang kedekatannya dengan Song Jong Ki dan Yoo Ah In. "Bagi Song Jong Ki dan Yoo Ah In, Aku adalah Noona baik hati yang membelikan mereka makanan". Hmm... mungkin juga Sutradara sekedar memanfaatkan popularitas SongSong Couple untuk menarik penonton. 

Tapi tampaknya gimmick SongSong Couple tersebut hanya terasa di awal saja. Selanjutnya, penggemar drama korea tertarik dengan ketampanan Jung Hae In, senyum Jung Hae In dan tentu saja chemistry Jung Hae In dengan Son Ye Jin. Ini pertama kalinya bagi Jung Hae In menjadi first lead (tokoh utama) di dalam drama. Sebelumnya di While You Were Sleeping dan Prison Playbook, ia hanya menjadi second lead dan peran pendukung saja. Tapi sudah dapat diprediksi jika ia akan segera di puncak popularitas. 


Tonton kemesraan mereka
Kiss Scene Jung Hae In dan Son Ye Jin

Dan wajah Jung Hae In dari tahun ke tahun
Transformasi Jung Hae In 2013-2018

Info terupdate
Jung Hae In - Son Ye Jin Real Couple?



Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Lee Ji An (IU) yang dingin di drama My Ahjussi.

My Ahjussi atau My Mister menjadi drama paling kontroversial saat ini. Drama ini langsung mendapatkan protes bahkan ketika masih dalam tahap pemilihan pemain karena karakter utama, Lee Ji An dan Park Hoon Dong yang memiliki perbedaan usia sekitar 20 tahun. Dalam cerita, Lee Ji An masih berusia 20 tahun dan Park Hoon Dong 40 tahun. Publik Korea sangat sensitif dengan kisah semacam ini. 

Kemungkinan yang ditakutkan adalah akan banyak gadis usia muda yang biasanya mudah terbuai oleh cerita drama, mengharapkan pria yang lebih tua untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena biasanya banyak drama korea yang hanya menjual fantasi dan melodrama semata. Untungnya My Ahjussi merupakan drama yang berbeda. Drama ini sangat realistis dan matang.

Lee Ji An (IU) dan Park Hoon Dong (Lee Sun Kyun)

Sebenarnya setelah tayang, drama IU ini kembali mendapatkan protes karena adegan kekerasan antara Lee Ji An dan Lee Kwang Il (yang diperankan Jang Ki Yong). Ada yang menganggap jika adegan itu seperti "meromantiskan kekerasan dalam pacaran". Padahal hubungan antara keduanya belum diungkap. Dan adegan kekerasan ini memang dibutuhkan dalam cerita. Kalau dihapus akan mengubah esensi cerita. Seharusnya juga tidak menjadi masalah karena drama ini tayang di TVN, saluran TV kabel Korea. Apalagi jam tayangnya pukul 21.30 jadi jauh dari jangkauan anak-anak. 

Akting IU menuai pujian.

Drama ini memang sangat realistis. Terutama soal karakter-karakter di dalamnya. Pertama Lee Ji An. Mungkin akan sangat biasa jika ditulis bahwa ia gadis miskin yang bekerja sebagai karyawan kontrak di kantor besar. Ia juga memiliki catatan kriminal karena membunuh rentenir yang menganiaya keluarganya. Membaca kemalangan Lee Ji An pasti bakal ada yang komentar, "ah klasik". Ya, saya juga mengeluarkan komentar seperti itu ketika belum menonton. 

Lee Ji An memakai kacamata untuk menutupi lebam di mata.

Karakter Lee Ji An dibawakan dengan baik oleh IU. Ia menunjukan peningkatan kualitas akting. Melihat Lee Ji An, kita akan melupakan IU yang cantik, ceria, multi-talented dan unyu-unyu. Karena dengan memilih karakter ini, Saya yakin IU berniat naik kelas dalam hal akting. IU berubah menjadi orang yang benar-benar dingin dan tidak tersentuh. 

Kehidupan Park Hoon Dong yang sempurna tapi tidak bahagia.

Jangan dikira kehadiran Park Hoon Dong dalam kehidupan Lee Ji An akan menjadi mata air di tengah padang gurun. Park Hoon Dong memiliki ketidakbahagiaannya sendiri meski posisinya di kantor adalah seorang manajer. Ia harus rela dipimpin oleh juniornya jaman kuliah dulu yang selalu ingin menjatuhkannya. Park Hoon Dong terkadang harus berada di posisi dimana ia merasa terhina. Kehidupan pernikahannya juga tak bahagia. 

Selain Park Hoon Dong dan Lee Ji An, ada dua karakter lagi yang menjadi sentral cerita. Yakni dua saudara Park Hoon Dong, Park Sang Hoon dan Park Gi Hoon. Mereka menilai kehidupan Park Hoon Dong sangat sempurna sementara mereka adalah wujud dari kehidupan yang gagal. Baik karir maupun keluarga. Sebagai saudara, Park Hoon Dong hanya bisa meratapi nasib Sang Hoon dan Gi Hoon sambil diam-diam meratapi nasibnya sendiri. Kalau di dunia nyata kalian menemukan banyak kegagalan, begitu pula di drama ini. 

Adik Park Hoon Dong. Sutradara gagal.

Kakak Park Hoon Dong. Pengusaha bangkrut dan memiliki banyak utang.

Karena itulah drama My Ahjussi menurut saya adalah drama paling realistis. Memiliki karir yang baik belum tentu hidupmu menjadi mudah. Bisa jadi tiap hari adalah neraka dan tiap pagi harus berangkat kerja bagai menuju tempat eksekusi. Begitu juga ketika kita berada di usia seperti Lee Ji An. Banyak pertarungan batin antara harapan dan realita. Pernah dengar kan kalimat "Hidup tak seindah drama korea". Nah nonton my ahjussi mungkin beberapa di antara kalian akan mensyukuri karena hidup nggak sepahit hidup Lee Ji An. 

Lee Ji An memata-matai kehidupan Park Hoon Dong.

Jika ada hal yang tidak realistis dalam drama ini, adalah sisi lain Lee Ji An sebagai kriminal kelas kakap. Seakan tak memiliki teman tapi ada dua orang yang membantunya. Pegawai kebersihan di kantor dan pemuda yang tampak seperti gamer tapi anehnya dia juga paham hacking. Entah apa hubungan Lee Ji An dengan pemuda mau melakukan semua perintah IU ini. Atau mungkin akan diungkap di episode pertengahan atau akhir. Lee Ji An dengan mudah memeras CEO perusahaan agar memberinya uang. Handphone Park Hoon Dong juga dipasang semacam penyadap sehingga ia mengetahui semua percakapan Park Hoon Dong. 

Terlepas dari hal yang tidak realistis jika dibandingkan dengan kerealistisan dalam drama ini, My Ahjussi sangat Saya rekomendasikan untuk ditonton. Cerita yang matang dan tidak biasa memberikan warna tersendiri di tengah drama-drama yang masih airing.

Selamat menonton sobat koreaku 😘



Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sebelum menjawab mana yang lebih seru, Queen of Mystery Season 1 atau Queen of Mystery Season 2? Boleh lah kita flashback dikit cerita misteri ala detektif ini. 

Queen of Mystery Season 1

Di season pertama, Yoo Seol Ok yang diperankan oleh Choi Kang He (Yup, one of my favorite actress) menjadi istri seorang Jaksa. Ia harus mengubur cita-citanya sebagai polisi wanita dan fokus menjadi menantu dan istri. Yoo Seol Ok merasa terkekang dengan tugas-tugas rumah tangga dan ibu mertua yang terlalu mengaturnya. Sebenarnya dari situasi dan kondisi Yoo Seol Ok di season pertama sama sekali ga keren. Wanita yang sebenarnya tidak berdaya. Dari penampilannya pun aneh menurut saya. Walaupun akan banyak yang menilai gaya pakaian dia unik.

Yang membuat karakter ini keren adalah cara dia memecahkan sebuah misteri kasus kriminal. Rasa penasarannya tinggi dan pantang menyerah. Detektif yang memiliki julukan anjing gila, Ha Wan Seung diperankan (Kwon Sang Wo) diam-diam mengakui kemampuannya. Sayang, gengsinya sebagai detektif dan juga laki-laki membuat dia sering menghalangi Seol Ok saat akan memecahkan kasus. Tapi dari kasus ke kasus tiap episodenya asli bikin penasaran dan ga sabar menunggu episode selanjutnya (jikalau nonton pas masih airing). Kisah percintaan sahabat Seol Ok, Kyung Mi dengan Bae Kwang Tae bikin gemas di season pertama. Perolehan rating juga cukup sukses di angka 10%.

 Queen of Mystery Season 2.

Sementara itu, kondisi di season kedua jauh berbeda. Seol Ok memutuskan berpisah dengan suaminya yang tak menepati janji membuka kasus orang tua Seol Ok. Lalu apakah kisah cinta antara Seol Ok dan Wan Seung bersambut di season kedua? Jangan terlalu berharap ya. Cerita asmara mereka semulus jalan tol di Jakarta yang sedang macet nggak bisa gerak. Hiks. Sayang sekali. 

Choi Kang He dan Kwon Sang Wo.

Seol Ok jauh lebih keren dari penampilan dan karakternya. Ia seolah lepas mengekpresikan diri sendiri setelah terbebas dari pernikahan. Tapi Wa Seung tetap sama saja soal genggi. Dia konsisten. Bukan berarti hubungan mereka nggak manis ya. Seperti season pertama, Seol Ok dan Wa Seung selalu bersama kemana-mana. Memecahkan kasus demi kasus yang kebanyakan terjadi di sekitar Seol Ok. Mereka tidak pacaran tapi terlalu sweet kalau disebut sebatas teman. Gemash deh pokoknya. 

Untuk yang suka cerita detektif mungkin drama ini bisa jadi tontonan menghibur. Tapi jangan disamakan dengan Voice atau Signal yang sedikit (atau banyak) lebih serius. Kesimpulannya, Queen of Mystery season 2 lebih seru menurut saya. Karena Seol Ok tidak melulu berurusan dengan ibu mertua. Tapi fokus pada kasus dan cara pemecahannya. Tapi entah kenapa rating yang didapatkan tidak sesuai ekspektasi. Hingga saat ini Queen of Mystery season 2 hanya mendapatkan rating sekitar 6% saja. 

Buat yang udah nonton, menurut kalian lebih seru mana? 


Terima kasih sudah membaca. Sarange ~
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Tulisan ini dibuat untuk mengapresiasi Drama yang masih airing yang menurut saya sangat bagus. Semoga membantu kalian yang sedang mencari drama untuk ditonton. Judulnya "a Poem a Day". Saya cenderung menilai bagus atau tidaknya drama atau film dari ceritanya. Aktor atau aktris justru tidak begitu penting. Dan "a Poem a Day" memiliki cerita dan gaya penyampaian yang sangat menarik. Penulis tampak sangat cekatan mengolah cerita dan Sutradara mampu memberikan roh di setiap adegan. Sementara aktor dan aktrisnya masih tergolong pendatang baru. Mereka memang tidak memasang wajah-wajah yang familiar. 
Tiada bunga yang mekar tanpa terayun. Bunga tercantik sekali pun semuanya mekar dengan terayun. Dengan terayun, mereka dapat tumbuh dalam posisi tegak. 
Itulah puisi pertama di episode pertama drama ini. Puisi yang sangat menyentuh bagi orang yang sedang putus asa. Dan memotivasi agar jangan tenggelam dalam keputusasaan itu. Beberapa drama menyelipkan puisi pada cerita. Masih ingat kan puisi di drama Goblin yang fenomenal itu? Kayaknya bukan kebetulan kalau saya menyukai drama ini. Karena baik Goblin atau a Poem a Day adalah favorit saya sepanjang masa. Menemukan mereka cukup membuat hati berbunga padahal tidak sedang jatuh cinta (jadi romatis gini mungkin efek puisi).

Pemeran Utama (Dari kanan ke kiri ) Jang Dong Yoon, Lee Yoo Bi, Lee Joon Hyuk.

Para pemain Drama a Poem a Day. Adalah yang kalian hapal?

Ceritanya tentang seorang physical therapist yang bekerja di rumah sakit bernama Woo Bo Young. Ia menjalani kehidupan yang berat setelah ayahnya meninggal. Tanpa sengaja menemukan puisi yang akhirnya menemaninya menjalani hidup. Sebenarnya ia ingin kuliah sastra namun bersikap realistis dengan memilih jurusan physiotherapy. Meski demikian, Bo Young sangat berdedikasi dalam bekerja. Salah satunya dengan menempelkan puisi untuk menyemangati pasiennya. 

Setiap moment terasa bagaikan kuncup bunga. 
Saat aku menyesalinya
Apa yang terjadi dahulu mungkin adalah harta yang berharga
Seseorang di masa lalu, sosok masa-masa itu
mungkin adalah hartaku yang berharga
Aku seharusnya lebih dekat denganmu
lebih sering berbicara denganmu
Aku semestinya lebih mendengarkanmu
lebih dalam mencintaimu
Aku bertanya-tanya apakah aku pergi karena lelah mendengarkanmu?
Seolah aku telah kehilangan akal
Aku seharusnya lebih menghargai masa itu
Setiap momen bagaikan kuncup bunga
Kuncup yang mekar ketika aku bersemangat
Karakter Bo-Young sangat real. Wanita mandiri dan bertanggung jawab. Bukan orang yang suka melemparkan pekerjaan pada orang lain. Berkali-kali menerima kesialan juga ia tanggapi dengan kata-kata, "Jangan emosi dan buang-buang waktu. Fokus pada pekerjaan!" untuk menyemangati diri sendiri.
 Lee Yoo Bi sebagai Woo Bo Young saat sedang bekerja.

Woo Bo Young saat menyatakan cinta.

Judul internasionalnya memang A Poem a Day tapi judul lainnya adalah You Who Forget Poetry. Tampaknya memang dikhususkan bagi mereka yang menyukai puisi. Tapi tanpa pengesampingkan cerita ya. Setiap episode kamu akan dimanjakan dua atau tiga puisi pendek yang dibaca oleh Bo Young. Kebanyakan mewakili perasaannya. Saya lebih suka judul You Who Forget Poetry. Karena drama ini membuat saya kembali buka-buka buku puisi yang lama tidak disentuh. 

Sebenarnya saat menulis ini, drama ini baru tayang 2 episode. Tapi saya sudah sangat suka dan ingin menulisnya. Semoga bisa menjadi referensi ya.


Bye. 
Foto Shin Jae Ha yang pernah jadi adik Lee Jong Suk di While You Sleeping. 
Jadi salah satu pemeran drama ini juga. Tapi bukan pemeran utama. 

Puisi Woo Bo Young lainnya
Puisi Woo Bo Young (part 1)
Puisi Woo Bo Young (part 2)
Puisi Woo Bo Young (part 3)

Puisi Woo Bo Young Saat Patah Hati
Puisi Woo Bo Young Saat Patah Hati (part 2)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Mencari cerita drama korea yang nggak sekedar kisah cinta-cintaan semata? Ga mikirin tampang doang tapi lebih memilih cerita? Drama ini adalah jawaban yang tepat. Genre komedi yang tak biasa. Ceritanya juga matang. Terbaik sejauh ini.


Wise prison life dibintangi oleh Park Hae Soo. Ketenarannya (di Indonesia) memang tidak sebanding dengan Lee Min Ho atau Lee Jung Suk. Ketampanannya juga menurut saya agak ketinggalan jika dibandingkan dengan dua aktor itu. Tapi cukup lumayan. Dia sebenarnya bermain di drama "Legend of the Blue Sea" yang sayangnya saya tidak nonton drama punya Lee Min Ho ini.

Oke, jadi ceritanya, Park Hae Soo adalah atlet baseball terbaik Korea Selatan bernama Je Hyuk di drama ini. Ia tengah berada di puncak popularitas dan mendapatkan kontrak pemain internasional ketika tersandung kasus hukum. Saat mengejar pria yang memperkosa adiknya, Je Hyuk memukul kepala pria itu dengan batu hingga koma. Profesinya sebagai atlet, membuatnya dianggap memberikan perlawanan yang berlebihan.

Park Hae Soo dan Kristal f(x) jadi sepasang kekasih di wase prison life.

Ia harus beradaptasi dengan kehidupan di dalam penjara. Popularitasnya membawa keberuntungan sekaligus ancaman. Kebayangkan kalian dikelilingi penjahat yang sedang menjalani hukuman. Tapi seperti judulnya Wise Prison Life atau Prison Playbook, drama ini mengangkat bahwa penjahat juga manusia. Jadi jangan menilai seseorang hanya dari penampilan atau dosa masa lalu mereka saja.

Jangan juga mengira akan dibawa melow dengan kehidupan Je Hyuk. Atlet yang diagung-agungkan publik Korea ini ternyata sangat polos. Ia tak memiliki keahlian apapun selain baseball. Hal ini akan membuat terpingkal atau tepok jidat karena kekonyolannya. Teman satu sel Je Hyuk juga tak kalah konyol dengan kisah masa lalu mereka masing-masing.


 Teman satu sel Je Hyuk.

Han Yang. Karakter paling lucu. Dipenjara karena narkoba.

Je Hyuk termasuk beruntung dilindungi orang-orang baik. Salah satunya adalah sahabat masa kecilnya yang ternyata adalah seorang sipir penjara, Joon Ho yang diperankan Jung Kyung Ho. Ia dan Je Hyuk dulu sama-sama bermain base ball hingga mereka mengalami kecelakaan mobil. Keduanya alami cidera yang membuat mereka tak bisa bermain lagi. Joon Ho menyerah sementara Je Hyuk terus memegang impiannya. Selama di penjara Joon Ho mencoba melindungi sahabatnya.


Selain lucu, ada juga bagian menegangkan. Masalah terbesar Je Hyuk di penjara adalah orang-orang yang ingin mengambil keuntungan dari dia. Termasuk kepala sipir penjara yang memerasnya. Ada juga yang ingin mendapatkan popularitas dengan meminta Je Hyuk wawancara dengan wartawan. Begitu juga penjahat lain yang masih bisa berbuat jahat meskipun sedang di penjara untuk menebus kejahatannya. Dari memeras hingga preman yang ingin membalas dendam. Sepanjang drama 16 episode ini, kita akan dibuat khawatir terjadi sesuatu yang buruk kepada Je Hyuk.

Belum lagi perjuangan Je Hyuk untuk tetap bermain baseball. Jika tak berlatih maka ia akan jauh tertinggal. Belum lagi penyakit yang harus ia lawan selama di penjara. Je Hyuk yang pantang menyerah sampai harus mengumumkan pensiun dari baseball. Semua berusaha agar ia Je Hyuk mau kembali berlatih.

Buat penggemar drama korea, kalian harus nonton...
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
  Hugh Jackman as P.T. Barnum
Saat seseorang diremehkan, ia justru akan termotivasi agar lebih sukses di masa depan. Namun orang itu harus tahu kapan harus berhenti. Karena mengejar pengakuan orang lain tidak ada habisnya. Dan itu bisa berbalik menghancurkanmu. 

The Greatest Showman ternyata terinspirasi dari kisah nyata, Bapak Sirkus Dunia P.T. Barnum. Ia salah satu orang terpenting di Dunia Sirkus. Walaupun sebenarnya saya tidak begitu menyukai sirkus. Pertama dan terakhir nonton saat SD. Bukannya terhibur, justru nguap beberapa kali dan ingin segera pulang. Tentu sirkus yang saya tonton jauh berbeda dengan Sirkus "The Greatest Show" ini ya. Pendapat saya tentang sirkus saat ini sudah berubah. Dari bukan pertunjukan yang menyenangkan menjadi pertunjukan yang mengeksploitasi binatang. Intinya masih sama. Tidak suka.

Tapi jangan salah. Menurut saya film ini sangat menyenangkan dan menyentuh. Barnum yang diperankan aktor kesayangan Hugh Jackman, merupakan orang yang mampu melihat keahlian seseorang di balik kekurangannya. Ia mempersatukan orang-orang buangan dan membuat mereka memiliki panggung mereka sendiri. Wow!

Latar belakang Barnum sendiri adalah seorang anak tukang jahit selalu diremehkan. Bahkan oleh ayahnya sendiri. Ketika menjadi gelandangan setelah ayahnya meninggal, seseorang berwajah buruk rupa memberinya buah apel. Mungkin sejak itu, Barnum mampu melihat hal baik di balik orang yang terlahir tidak sempurna.

Saat dewasa, ia nekat menikahi gadis dari keluarga kaya yang sudah dicintainya sejak kecil dan memiliki dua anak. Pada wanita yang dicintainya, Barnum menjanjikan kebahagiaan. Sirkus dimulai saat ia kehilangan pekerjaan. Ia meminjam uang di Bank dan mempersatukan orang-orang yang terbuang karena kondisi fisik mereka. Barnum memanfaatkan kekurangan mereka untuk menarik penonton. Dan berhasil.

 Salah satu anggota sirkus. Pria yang tingginya tak lebih dari 1 meter.

Wanita yang memiliki jenggot. Dan masih banyak lagi.

Barnum tak lepas dari kontroversi karena show-nya. Masyarakat Amerika jaman itu menganggap atraksi "orang-orang aneh" ini adalah hal yang memalukan. Protes makin menjadi karena kritikus menyebut Barnum "Sirkus Primitif dari Penipu". Jahatnya media sudah ada di era itu, yang akhirnya memancing orang kelas bawah bertindak anarkis. Nasib para anggota sirkus masih saja dihina seperti sebelumnya. Tetapi setidaknya Barnum memberi mereka keluarga dan panggung. Barnum sendiri akhirnya menjadi orang kaya yang bisa membeli rumah mewah dekat orang tua istrinya. Rumah itu sebagai cinta dan pembuktian.

Tapi pembuktian yang menurutnya istrinya lebih dari cukup itu belum membuat Barnum puas. Ia haus pengakuan. Dari orang-orang elit yang tak memandang Barnum serta orang tua istrinya. Hingga akhirnya semua yang telah ia bangun hancur secara perlahan. Barnum tidak tahu bagaimana berhenti. Ia juga jumawa karena apa yang ia bangun selalu berhasil.

Kisah lain yang tak kalah manis adalah percintaan Philips Carlyle dengan Anne Wheeler. Philips sebenarnya datang dari kaum elit. Barnum merekrutnya agar bisa menembus pergaulan kalangan atas. Ia jatuh cinta dengan Anne Wheeler. Percintaan orang kulit putih dengan kulit hitam dianggap aib di masa itu. Philips harus melepas semua yang dia miliki jika ingin bersama wanita yang dicintainya.

Film ini sangat mudah dinikmati. Dari awal sampai akhir kita akan dimanjakan dengan lagu bagus dengan suara merdu. Akting para pemain tidak perlu dilakukan lagi. Film ini perdana tayang Desember 2017 lalu.

Kalian udah nonton belum? :)

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

Hai. Namaku Nanda. Anaknya suka cerita lewat tulisan dan suka belajar tentang kehidupan. Terima kasih sudah mampir, ya!

Follow My Instagram

  • Instagram

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ►  2019 (4)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (1)
  • ▼  2018 (16)
    • ▼  December (1)
      • Tentang Rumpang
    • ►  June (1)
      • Cerita yang Bagus dengan Tempo yang Lambat - Revie...
    • ►  May (4)
      • Ini Serunya Kalau Jadi Jaksa - Review Drama Invest...
      • Drama Park Hyung Sik yang Sedikit Romantis - Revie...
      • Drama Terbaik Lee Kwang So - Review Drama Live
      • Cara Menyembuhkan Luka - Review Film Korea Little ...
    • ►  April (2)
      • Kisah Song Jong Ki dan Song Hye Kyo - Review Drama...
      • My Ahjussi Drama Korea Paling Realistis - Review D...
    • ►  March (7)
      • Queen of Mystery 2 Lebih Seru? - Review Drama Korea
      • A Peom A Day - Drama Korea yang Harus Kalian Tonton
      • Drama Korea Terlucu - Wise Prison Life
      • Review Film The Greatest Showman
    • ►  February (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (2)
  • ►  2013 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2012 (5)
    • ►  June (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2011 (18)
    • ►  November (5)
    • ►  October (2)
    • ►  September (1)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2010 (13)
    • ►  December (1)
    • ►  March (11)
    • ►  January (1)
  • ►  2009 (3)
    • ►  April (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2008 (1)
    • ►  December (1)

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments
FOLLOW ME @INSTAGRAM

Created with by ThemeXpose