Saya dan kamu di lokasi

by - March 04, 2010

Belum selesai shooting drama televisi "malaikat". Rasanya kok saya salah berdoa. Saya kira hujan adalah hambatan utama ternyata saya salah. Hari pertama diribetkan dengan kamera z1 yang chargernya rusak, seringnya lowbat membuat kami harus sering break. Baru dapat diselesaikan dengan mengambil kamera PD170 untuk nge-charge. Fyuh! Garing dan mas Adi harus mengambilnya di jogja padahal lokasi di wates. Oke masalah ini saja sudah membuat schedule kacau. Yang seharusnya shooting pukul 15.00 sudah selesai dan pindah ke lokasi shooting lain molor hingga pukul 19.00. Wait, lokasi pertama (sekolah) belum selesai tetapi kami memutuskan untuk take di lokasi kedua (rumah sakit). Padahal belum ada keputusan apakah sekolah boleh kami gunakan sampai malam atau tidak. Saya menelepon pihak sekolah tidak diangkat ditambah lagi kami sudah tidak ada koordinasi dari pihak intern sekolah. Penjaga sekolah tidak tahu menahu tentang hari itu. Jadi kami shooting tidak ada yang mengawasi. Enaknya dari lokasi seperti ini adalah kami bebas melakukan apa saja. Tidak enaknya adalah ketika kami harus meminta ijin balik lagi untuk melakukan shooting besuknya, kami bingung harus bicara dengan siapa.

Saya yang bertugas meminta ijin lokasi. Setelah semua kru pindah ke rumah sakit, rencananya saya berjaga disitu dan bagaimana caranya mengusahakan agar bisa melunasi utang scene. Tetapi kok horor ya…perasaan saya nggak enak. Saya menghampiri penjaga sekolah. Saya bilang kalau saya menghubungi pihak sekolah dan sudah bilang kalau besuk atau nanti tengah malam kami akan melakukan pengambilan gambar lagi. Dari awal memang bapak penjaga sekolah tidak welcome tetapi setelah saya memberi amplop dan sebungkus rokok, beliau jadi proaktif. Baiknya bukan mainan (money talk). Saya jadi nggak perlu berjaga disitu karena nanti kalau kami datang dia akan membukakan pintu gerbang selebar-lebarnya.

Setelah dari tempat itu saya ke tempat pak Agus Burhan diantar Ayah (yang tahu rumahnya) untuk ijin shooting lagi di sekolah. Sampai rumahnya, beliau tidak ada. Anaknya yang membukakan pintu, bapak di balai desa katanya. Saya hampir putus asa hingga melewati depan balai desa. Tidak ada salahnya mencoba piker saya. Saya berhenti dan melihat Pak Agus Burhan sedang memimpin rapat. Saya pun menunggu, beberapa menit ada penjaga yang menanyakan keperluan saya. Lalu ia memanggilkan Pak Agus Burhan. Pak AAgus Burhan adalah figure guru berwawasan luas menurut saya, ia tidak suka mempersulit orang lain. Tidak seperti kebanyakan orang seumurannya yang suka menjebak saya ke dalam birokrasi ribet.

Saya kemudian ke rumah sakit, menemui Pak Produser. Dilema, melanjutkan malam ini atau besuk untuk lokasi sekolah. Akhirnya kami memilih untuk melanjutkan shooting malam ini saja dengan pertimbangan kondisi sekolah besuk sangatlah tidak pasti. Walaupun Dimas (Lightingman) sempat protes karena lampu tidak akan mampu maksimal (bengi ora, awan ora). Reza sang astrada berjanji pukul 22.00 sudah bungkus untuk lokasi di rumah sakit lalu bisa pindah ke sekolah. Tetapi sampai pada jam yang telah dijanjikan masih ada tiga shot. Saya dan SiPut (Unit Manager) akhirnya ke sekolah duluan. Dan benar, pintu gerbang dibukakan. Kami menunggu di laboratorium sekolah, hanya berdua. Horor!! Saya sudah melarang SiPut tidur tetapi karena lelah ia tidur juga. Saya tidak tega membangunkannya, tetapi setelah suara-suara aneh dengan teraksa saya bangunkan dia. Bayangkan dua cewek di lab kimia pukul 23.00 WIB. Kru baru datang tengah malam. Dengan tenaga yang tersisa namun tetap semangat mereka menyelesaikan shooting. Dan kami baru bungkus pukul 02.00 dini hari.

Hari kedua ada saja trouble yang kami dapatkan. Baru beberapa shot, genset mati. Sebenarnya genset menurut kami sumber yang paling aman. Tetapi yang namanya alat buatan manusia tidak dapat diprediksi. Putro Nugroho sampai datang dari jogja untuk memperbaiki genset. Hasilnya nihil, karboratornya yang kena katanya. Fiyuh! Paling malas memang kalau memikirkan sumber dalam shooting. Tidak semua bisa. Putro ahlinya pun sudah menyerah. Kami sewa lagi genset "odong-odong" yang tentu saja akan membuat kerja Indra (audioman) lebih berat. Shooting dimulai lagi pukul 21.00 dan selesai pukul 02.00 dini hari (lagi). Perjanjian awal shooting di rumah mbah Yasir cuma sampai pukul 19.00 lalu pindah ke rumah mbak Yanti yang ada disebelahnya. Atas kebaikan Mbah Yasir kami diperbolehkan shooting sampai kami selesai. Baru pukul 22.00 kami pindah. Matur Nuwun nggih mbah!

Hari ketiga Alhamdulillah lancar. Walaupun ada scene yang harus diomited. Tentu saja jangan sampai mempengarui cerita. Lagi-lagi pukul 02.00 kami selesai. Scene 28 kami pending dan kami lakukan di jogja saja. Fyuh!!! Teman-teman "Heart and Soul" dan "Serikat Video" tengkyu yah. Atas perjuangannya yang tidak pernah lelah. Dan suasana shooting yang menyenangkan. Segala macam trouble jadi tidak terasa. Hahaha…

You May Also Like

0 comments

saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.