Yank, teman saya…
Ini tentang teman saya yang 4 tahun lebih saya kenal. Anggota kelas kami hanya berjumlah 20 orang. Empat tahun cukup untuk membuat kami mengenal satu sama lain dan beberapa dari kami dapat sampai pada tahap saling memahami. Orang-orang yang sampai pada tahap ini memiliki kebiasaan yaitu meluangkan waktu bersama. Tidak heran kami menjadi lebih sering memahami (tapi juga perlu diingat bukan berarti kami seiya sekata seperti anggapan teman yang tidak bisa sampai pada tahap memahami). Sekarang kebersamaan kami pun telah pudar. Tidak ada lagi brain stroming program, diskusi, gojek kere, tukar cerita dan saling menghina. Hal langka yang seandainya ada terjadi lagi pasti karena keajaiban. Karena inilah saya mengenal teman saya… Saya tidak akan menyebutkan namanya tetapi saya dan beberapa teman saya memanggilnya "Yank". Bukan dari kata sayang yang sering digunakan ABG untuk memanggil pacarnya. Sebutan ini memiliki histori sendiri. Waktu itu semester lima (saya ingat karena waktu itu proyek kami music show, tugas live studio pertama kami). Saya dan yank tidak satu kelompok. Kelas kami dibagi dua kelompok. Jadi saya tidak mengikuti kisah percintaanya dengan pacarnya yang telah kandas. Dia meminta mantannya untuk kembali melalui sms dan sms tsb juga di kirim ke beberapa teman (saya baca walaupun tidak ikut di kirim sms). Dari situ saya tahu kalau dia cowok melankolis. Singkat cerita dia ditolak karena mantannya tidak mau disakitinya lagi. Setelah itu, kami (alias beberapa cewek yang sampai pada tahap memahami) mendapatkan limpahan kasih sayang dari dia. Dari situ kami menambahkan "penyayang" di belakang namanya. Di singkat "yank". Tidak seringnya saya bertemu dia saat ini karena sama-sama tugas akhir membuat saya rindu sekali padanya. Susah untuk melupakan teman yang kadang membuat saya merasa sangat disayang dengan kata-kata dan perbuatannya. Dan apabila saya lupa, ada saja yang mengingatkan saya aka dirinya. Yaitu Naff. Ada lagu naff yang "dia banget". Saat mendengarkan lagu ini saya selalu teringat padanya bahkan saya berimajinasi kalau dia yang menyanyikan. Menurut saya, syair ini cocok sekali dengan dia dan bahkan saya tidak punya alasan yang logis dan akurat kenapa lagu ini membawa pikiran saya pada teman penyayang saya ini. Temani… temani aku… Bila nanti kau milikku Bila nanti aku milikmu Mencintaimu kurasakan begitu indah Kasih sayang mu kurasakan sungguh sempurna Ku bahagia bila ragamu disampingku Ku merasa bila tanganmu memeluku Temani… temani aku Menyayangimu kulakukan setulus hati Mengagum imu membuatmu merasa tenang Ku bahagia bila ragamu disampingku Ku merasa tenang bila tanganmu memelukmu Bila nanti kau milikku Temani aku saat aku menangis Bila nanti aku milikmu Temani aku hingga tutup usiaku Hanya begitu syairnya, diulang-ulang sepanjang lagu. Sederhana dan tulus. Itulah teman saya, yank. Yang setelah ditolak mantannya tidak pernah jatuh cinta lagi. Cinta matinya sudah menyerah padanya. Saya tidak tahu bagaimana nanti kisahnya. Dia tidak mungkin baca blog saya tapi saya tetap akan bilang "I LOVE YOU, YANK". Kami sama-sama sedang mengerjakan Tugas akhir, berbeda saya yang terserang syndrome males, dia lebih bersemangat. Paling tidak dia mengingatkan Wendy untuk segera menyelesaikan laporannya, memantau kirun sampai mana. Dan menelepon saya untuk menanyakan "sudah bimbingan belum?". Saya akan bilang "belum", dia akan membantai saya "males banget tho koe!!!" tidak terhitung berapa kali dia bertanya dan mengatakan kalimat bantaian tersebut. Saat kami berdua diperpus kampus kami mengobrol dan sedikit memancingnya bicara asmara. N : Pacarmu sekarang siapa yank? Yank : Ga punya. Ga mau nikah muda aku. N : Eh tiiiit(sensor) jomblo lho! Yank : Penulis Naskah Malaikat (aku maksudnya) juga jomblo kok N : (hmmm ini dia yang termasuk sifat yank : pintar membuat kita tersipu)…………!!!!
0 comments
saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.