Tak cukup modal cinta

by - March 01, 2010

Lagi-lagi teman saya…

Untuk bercinta modal cinta saja tidak cukup. Kali ini teman saya harus pergi karena harus mengejar mimpinya (yg akan berimbas pd cintanya). Jadi begini, abang (panggilan kami untuknya) berencana menikah akhir tahun ini. Dia lahir di tahun 1984, berarti tahun ini berumur 26 tahun. Umur sekian sudah bisa dianggap siap menikah. Abang juga sudah punya kekasih yang sudah lulus bahkan bekerja, dan hubungan mereka lebih lama dari saya mengenal teman saya ini (4 tahun lebih – saya tidak tahu tepatnya).

Untuk menikah, cinta saja tidak cukup. Kira-kira itu yang dipikirkan orang tua kekasih abang. Ada syarat yang diajukan calon mertua agar bisa menikahi anak perempuannya. Untuk itulah abang pergi, mencari apa yang mereka inginkan. Tak apa saya kehilangan teman satu kota karena dia berjuang di kota lain. Yang saya sayangkan adalah dia tidak berpamitan pada saya. Tapi dia sempat menghabiskan waktu bersama beberapa teman sebelum berpisah. Dia tidak memilih saya untuk ikut serta. Mungkin dia mengira saya tidak perduli.

Saya ingat terakhir kali bertemu dengan abang. Ialah saat perjalan ke wates mengambil kaset mini DV. Kami satu mobil, berempat. Ada yudhi dan Qirun juga. Memutar lagu2 Sheila on 7lewat mp4 yang disambungkan ke speaker mobil, saya dan dia menyanyi bersama. Hanya kami berdua yang hafal syair lagu2 ciptaan Eros. Dan kami adalah sheilasonic. Puas sekali menyanyi bak artis kamar mandi. Lalu puisi Soe Hok Gie yang Cahaya Bulan. Sesekali kami berdua hafal syairnya. Hari itu kami sangat kompak. Hal yang jarang sekali terjadi.

Akhirnya semua akan tiba pada hari yag biasa

Pada suatu ketika yang sudah lama kita ketahui


 

Apakah kau masih selembut dahulu?

Memintaku minum susu dan tidur yang lelap

Sambil membenarkan letak leher kemejaku


 

Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih

Lembah mandala wangi

Kau dan aku tegak berdiri

Melihat hutan-hutan yang menjadi suram

Meresapi belaian angin yang menjadi dingin


 

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?

Ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra

Lebih dekat…

Apakah kau masih akan berkata?

Ku dengar derap jantungmu


 

Kita begitu berbeda dalam semua

Kecuali dalam cinta…

Itu terakhir bertemu dia, tanpa pamit dia pindah ke Jakarta. Demi cintanya. Terakhir dia menepon saya memakai hp Qirun. Hanya menanyakan saya dimana. Dia mengira saya di wates padahal saya di jogja. Lalu cepat2 menutup telepon setelah tahu. Dan sehari sebelum berangkat, sempat chating melalui fb. Mengomentari gunung purba yang baru saja saya daki. Dia juga marah karena tidak mengajaknya. Padahal saya kira dia tidak akan perduli, saya jadi menyesal tidak menawarinya. Walaupun saya resmi bukan panitianya. Saya juga belum "ngeh" ketika membaca statusnya di hari keberangkatannya. "Adios Amigos". Saya cuma bilang pada teman kost saya(Neeta) kalau artinya sampai jumpa.

Saya baru tahu ketika Qirun yang mengantarnya ke stasiun menelepon untuk persoalan yang lain. Tidak dapat saya menuliskan perasaan saya waktu itu. Kehilangan pasti. Saya lalu comment pada statusnya. Luph you bradeeer. Ganbate!! Kalau dia baca mungin dia akan terharu. Mengingat dia merasa saya tidak perduli dan baru pertama kali saya bicara kalau saya perduli padanya seperti comment saya itu. Dia bisa terharu, mungkin juga tidak.

You May Also Like

0 comments

saran, kritik dan masukan sangat dibutuhkan.